(14) ALYA DAN DARA

2.3K 166 1
                                    

Hati yang terluka bisa dengan mudah disembuhkan olehAllah ketika kamu sandarkan resahmu pada-Nya. - Ario Muhammad

****

Kehilangan adalah resah yang takkan mudah pergi meskipun kamu sudah mencoba untuk melupakan. Tiap detik terasa melambat, dunia penuh warna menjadi serba hitam putih, dan hati yang terluka seakan luruh dalam nestapa berkepanjangan. Kehilangan adalah takdir terburuk bagi siapa pun yang sedang merasakan romansa penuh cinta. Untuk kesekian kalinya, Amri kembali merasai kehilangan.

Baginya, jawaban yang dilontarkan Dara siang ini seperti tetesan salju yang baru jatuh di antara gundukan putih, tak terlihat dan tak berbekas. Hatinya mungkin sudah kebal dengan kehilangan setelah kepergian Sheenah – perempuan yang dicintanya sepenuh jiwa. Ada rasa yang sudah begitu sakit hingga tak lagi menganggu egonya, ada jiwa yang sudah teracuni begitu kuat hingga menyerah apakah harus bertahan atau tetap berjuang.

"Why? Why Raffa?" tak kuasa menahan sesaknya, Amri membuka suara.

"Raffa lebih siap," ucap Dara. Ia menarik napas sejenak, memandang Amri dari manik matanya yang indah. Dara ingin memastikan lelaki Melayu itu ikhlas menerima keputusannya. "Lebih dari itu, Raffa dan keluarganya bisa menerimaku apa adanya."

"Aku bisa memperjuangkanmu, Dara," Amri menelungkupkan tangannya, memohon kepada Dara untuk mempertimbangkannya kembali sebagai calon suami.

"Stop it, Amri!" Raffa melayangkan protes. Ia berdiri bersisian menghadap Amri yang kini sudah bersimbah di hadapan Dara.

Salju turun semakin lebat. Butiran-butiran putih itu jatuh memenuhi jaket, rambut, hidung, hingga seluruh tubuh Dara maupun kedua lelaki yang masih memperjuangkannya. Ada suasana magis yang sukar untuk dilukiskan dengan kata-kata. Dunia terasa melambat berdentuman bersama rasa kehilangan yang dirasakan Amri. Di saat yang bersamaan, cahaya putih yang menyembur dari hamparan salju memberikan kontras bahagia atas perasaan membuncah yang sedang dirasakan Raffa.

Dara mengangkat tangannya menghentikan interupsi Raffa. Ia ingin membiarkan Amri mengeluarkan semua keresahannya. Gadis manis itu masih berdiri di hadapan Amri, memandangnya penuh iba namun tak tahu harus berbuat apa.

"Amri, aku tak ingin merumitkan hidupku untuk sesuatu yang tidak pasti. Kamu tahu segala sesuatu dalam hidupku tidaklah mudah. Berjuang agar diterima di keluarga besarmu hanya akan menambah masalah hidupku semakin runyam. Kamu harus mengerti itu," balas Dara.

Amri terdiam, memikirkan tiap baris kalimat yang diucapkan Dara. Mencoba memahami situasi Dara yang tak mudah. Yatim piatu, bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan panti sambil studi S-3, belum lagi tanggungan kerja paruh waktunya bersama Azizah. Lelaki itu sadar ia harus mengalah, namun perasaannya begitu terluka setelah mengalami penolakan atas sesuatu yang bisa diperjuangkan olehnya.

"Daraa ... please! duniaku kembali penuh warna saat kau hadir mengisi hari-hariku. Aku kembali mengenal Allah karenamu. Sungguh, takkan pernah ada yang bisa menggantikan wujudmu ketika engkau membawaku pulang mendekat kepada-Nya. Aku harus bagaimana jika penyemangat itu pergi dan memilih yang lain?" suara Amri mulai bergetar. Ada haru yang menyeruak di antara hembusan angin musim dingin yang meniup dan menghamburkan butiran salju tanpa arah.

"Amri ... istigfar. Hati yang terluka bisa dengan mudah disembuhkan oleh Allah ketika kamu sandarkan resahmu pada-Nya. Percaya kata-kataku, Amri. Kamu akan baik-baik saja meskipun tak bisa memilikiku," Dara larut dalam kesedihan melihat Amri yang terluka. Namun keputusannya sudah bulat.

"Amri, pleaseee ... stop it!" Raffa tak sabar melihat permohonan Amri. Raut wajahnya kini resah, khawatir jika perempuan yang akan dinikahinya mengubah pilihan.

(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang