(7) HATI YANG TERUSIK

3.1K 203 5
                                    

-Jika hati seseorang sudah ditutup jalan cahayanya olehAllah, maka sekuat apa pun usahamu untuk menerangi jiwa mereka, akan berakhir percuma. Namun keburukan tetap harus diluruskan, kebaikan jangan sampai tak diindahkan.- Ario Muhammad

****

Ketertarikan kepada seseorang dimulai ketika kamu merekam pesonanya dalam diam. Merawatnya dalam ingatan yang terus menerus, lalu semakin lama akan mengakar ke dalam hati. Lambat laun, perasaan kagum mulai terbit, rasa cinta tak dapat dielakkan lagi, lalu kamu akan terjerat dalam debaran perasaan tak menentu bernama cinta. Di lain kesempatan --saat perasaan menggetarkan itu terbit karena kebencian yang menelusuk sukma-- ingatan tentang perangai buruknya terkadang justru tak membuatmu semakin menjauh, tapi melenakan hatimu untuk menelisik lebih jauh sosok yang telah mengganggu hidupmu.

Sama juga dengan Dara, ia tak pernah menyangka, kebenciannya dengan perilaku Amri akan semakin menumpuk di dalam memori setelah menyaksikan Lelaki Melayu itu kini baru saja asyik bermesraan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Dara yang tercengang melihat langsung perlakuan Amri seketika berdiri tegap di samping kiri mobil Amri.

Amri – yang masih bermuram durja karena tak menyangka akan bertemu Dara – membuka pintu mobil lalu berujar dengan suara tinggi.

"Kamu kenapa lihat-lihat ke dalam segala?"

Dara tersentak mendengar teriakan Amri.

"A ... ku ... aku ... hanya ingin tahu ada siapa di dalam."

"Buat apa?" masih tak terima dengan penejelasan Dara, Amri terus mencecarnya.

"Aku heran kenapa tidak diparkir di tempat parkir seperti biasa. Maaf sebelumnya, Amri," lanjut Dara. Ia terdiam.

"Kamu kenapa berbuat maksiat seperti ini di depan rumahmu? Tidak takut kamu sama Allah?" Dara yang masih tersulut emosi menyaksikan ada orang berbuat mesum di depannya terpaksa berterus terang. Perempuan yang sedari tadi berada di dalam mobil bersama Amri kali ini keluar.

Ternyata ia juga gadis berdarah Melayu dengan rambut hitam tergerai, berhidung bangir, dengan kulit putih cerah. Kecantikannya masih terlihat meskipun cahaya lampu samar menerangi mereka.

"Ini siapa, Amri? Kenapa pula dia marah-marah dan menasihatimu?" Gadis tersebut membuka suara.

"Kamu tak perlu ikut campur," balas Amri. Ia masih kesal dengan Dara dan kejadian yang baru saja dialaminya. Sesaat setelah menjawab pertanyaan perempuan tersebut, Amri kembali menatap Dara.

"Kamu tidak perlu mencampuri urusanku, Dara. Tidak ada urusannya hidupku dengan hidupmu," ketus Amri.

"Terserah kamu menilai seperti apa. Bagiku, kamu adalah saudaraku. Saudara seakidah yang harus kunasihati. Karena agama ini adalah nasihat Amri," ucap Dara. Emosinya mulai mereda. Ia mulai mampu mengontrol nada suaranya.

"Sudahlah, Dara. Kerja saja yang benar, belajar yang tekun biar bisa urusin pantimu. Hidupmu saja sudah rumit begitu masih saja sibuk mengatur hidupku," Amri yang masih emosi membalasnya cepat.

Dara terdiam memandang Amri. Ia tahu, pertahanan egonya sedang diporak-porandakan oleh lelaki ini. Namun Dara mengerti, keburukan tetap harus diluruskan, kebaikan jangan sampai tak diindahkan.

"Keluargamu sudah membantuku banyak, Amri. Bagiku, bantuan kalian harus kubalas dengan mengingatkanmu kembali kepada Allah. Ini sangat penting, melebihi dunia dan seisinya," tak mau kalah, Dara masih terus bertahan dengan argumennya.

"Shut up!" Gadis Melayu yang sedari tadi diam menyaksikan perdebatan Dara dan Amri terpaksa membuka suara.

"Sudahlah, Michelle, kamu pulang saja, ya. Akan aku suruh Jamal mengantarmu," Amri justru merasa terganggu dengan campur tangan Michelle. Ia pun dengan cepat memanggil Jamal yang tak berapa lama sudah berada di hadapan mereka.

(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang