(5) PERMOHONAN AMRI

6.4K 426 50
                                    

Sejauh apa pun engkau menghindar, jika takdir telahmenitahkanmu bertemu dengan seseorang yang akan mengubah hidupmu, maka pastiakan terjadi. - Ario Muhammad

****

Menaklukkan ego adalah hal terberat yang dilakukan seorang laki-laki. Apalagi ketika harus mengendurkan harga diri di hadapan perempuan yang menarik perhatiannya. Bagi mereka, fisik yang babak belur lebih utama dibanding mengorbankan harga diri demi orang lain. Begitu juga dengan Amri. Sejak tadi, ia terdiam bimbang di dalam mobil BMW M4 miliknya, memandang lekat gedung berbata merah di sisi kiri kendaraan mewah tersebut.

Amri sedang berada di 23 St. Paul Street. Lebih tepatnya di depan flat Dara. Misinya kali ini tidak lain dan tidak bukan untuk meluluhkan hati gadis Indonesia itu. Ia memang kelewatan telah mengoyak perasaan Dara saat pertemuan dua hari yang lalu. Azizah yang mengancam untuk tak makan sampai Amri berhasil menjadikan Dara sebagai tutornya, rupanya tak main-main. Ini sudah hari kedua dia mengurung diri di kamar. Ayah mereka marah besar kepada Amri yang sudah membuat adiknya kalut. Tidak ada jalan lain selain meminta maaf kepada Dara dan memastikan dia mau menjadi tutor Azizah.

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore saat Amri memarkir mobilnya di depan flat Dara. Ia raih ponselnya yang disangga manis di dekat kaca depan mobil lalu menelepon Dara. Amri mendapatkan kontak Dara dari Azizah. Beberapa kali suara telepon masuk, namun tidak ada seorang pun yang mengangkatnya. Lima menit berlalu, Amri masih terus mencoba menghubungi Dara. Tidak kurang dari tujuh panggilan telepon masuk sudah dilakukan Amri namun tak ada respons sama sekali.

Setelah mencoba untuk kesepuluh kalinya, suara perempuan yang diyakininya adalah Dara terdengar dari seberang.

"Hallo. It is Dara. May I help you?"

"Oh Hi ... " Amri membalasnya kikuk. "This is Amri," lanjutnya.

"Kenapa meneleponku?" Dara yang mendengar suara lelaki yang telah merusak hari Sabtunya kemarin, mendengus kesal.

"Bisakah kita bertemu sekarang?" tanya Amri hati-hati.

"Untuk apa?" balas Dara, masih dengan nada marah.

"Tolong, Dara. Aku sedang berada di depan flatmu."

Sesaat setelah Dara mengangkat teleponnya, Amri sudah keluar dari mobilnya dan bersandar di badan mobil bagian tengah.

Dara yang kaget mendengar penuturan Amri kemudian menengok jendela kamar. Ia membuka tirai jendela berwarna putih – yang sudah ditutupnya sejak azan bergema dari ponselnya – lalu menatap ke bawah jendela. Dari lantai 2 kamarnya, Dara bisa melihat dengan jelas sosok Amri yang sedang berdiri di depan flat mereka. Ia berjaket hitam tebal dengan celana jeans biru. Perawakannya rapi dan gagah.

Amri – yang sedari tadi menengok ke arah flat Dara – mendapati wajah perempuan itu dari balik kaca jendela. Dengan cepat, ia melambaikan tangannya.

"Kenapa kamu harus ke sini? Tolong pergi, aku tidak mau menemuimu," Dara masih tak berselara bertemu dengan Amri.

"Tolong, Dara. Bisakah kita bicara sebentar? Azizah tidak mau makan sejak 2 hari yang lalu," bujuk Amri.

Klik!

Suara telepon di seberang berhenti. Amri terkejut. Ia tak menyangka jika Dara akan mematikan ponselnya.

Tak mau menyerah, Amri berteriak keras di depan flat Dara.

"Daraaaa ... Please get out! Daraaa ... !"

Suara Amri menggelegar hingga terdengar oleh Dara yang masih kesal.

Pintu kamarnya tiba-tiba diketuk oleh seseorang. Dengan cepat Dara membukanya. Suara Amri masih terdengar bersahutan memecah keheningan magrib yang tenang.

(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang