(13) SEBUAH KEPUTUSAN

2.4K 180 1
                                    

- Pengetahuan manusia yang terbatas takkan bisa menembus masa depan dan kedalaman hati seseorang. Hanya Allah yang mampu mengerti dengan rinci setiap kejadian masa depan, hanya Allah yang bisa memberi petunjuk dengan sempurna tentang perasaan setiap insan. Maka, memohon petunjuk dari Allah adalah cara terbaik untuk memantapkan sebuah pilihan. - Ario Muhammad

***

Pertemuan dua insan dalam sebuah janji agung bernama pernikahan akan terjadi ketika Allah memberikan kelapangan menuju bahtera yang diimpikan. Saat begitu banyak kerikil tajam yang menjadi penghalang, bisa jadi Allah belum rida atas setiap rencana. Ujian terkadang datang untuk membuat sebuah ikatan semakin kuat, namun sering kali menjadi pertanda jika keinginan untuk bersama tak bisa mewujud nyata. Maka kedatangan Ibu Noura di rumah keluarga Amri hari ini seperti pertanda bagi Dara untuk meruncingkan pilihannya. Ia risau menatap Azizah dan Amri yang kalut dengan rencana perjodohan Amri, namun ada kelegaan yang perlahan datang menghampiri sanubarinya.

"What's going on? Why everyone keeps silent?" Ibu Noura membuka suara dengan bahasa Inggris berlogat Melayu. Ia terkejut mendapati Azizah menangis sedangkan Amri terdiam dengan wajah memerah karena emosi.

"Hallo, wa 'alaikum-salam, Ibu Noura. Kenalkan aku Dara, tutor Azizah yang juga tinggal di rumah ini," ucap Dara.

"Tutor?" Ibu Noura menatap Dara keheranan. Wajahnya kemudian beralih kepada Azizah meminta penjelasan.

"Azizah butuh Dara untuk mempersiapkan diri menembus kedokteran University of Bristol, Ibu," ujar Azizah sambil melepaskan pelukannya.

"Hallo, Putri. Sepertinya kita pernah bertemu?" Azizah menyapa ramah Putri Farhana, calon istri Amri.

Perempuan itu berdiri tenang sejak tadi. Memperhatikan dengan teliti setiap inci sikap yang keluar dari gestur tubuh ketiga orang yang ditemuinya hari ini. Lebih rinci lagi, Putri sedang menatap dalam Amri yang sudah ia kenal sejak lama.

"Aku kenal baik dengan Abangmu. Dulu kami sama-sama kuliah di Harvard. Aku di Harvard Law School sedangkan Abangmu di Harvard Bussiness School. Mungkin pernah berjumpa di Amerika atau di Malaysia," balas Putri mantap.

"Dia bukan dari keluarga kerajaan di tanah Melayu, namun ayahnya adalah seorang pengcara terkenal di Malaysia. Amri dan ayahmu sudah tahu latar belakang keluarga Putri," Ibu Noura meneruskan penjelasan.

"Amri ... kok diam saja?" masih penasaran, Ibu Noura kembali membuka suara. Dara yang mendengar percakapan mereka masih bersikap tenang. Mencoba menguasai dirinya.

"Ayo, duduk dulu, yuk! pasti capek perjalanan jauh," tukas Dara.

"Ayoo .... " balas Putri.

Kelimanya lalu duduk di kursi sofa ruang tamu. Ibu Noura dan Putri mengambil posisi berseberangan dengan Azizah. Dara – yang tidak mau mengganggu pertemuan penting keluarga ini – memilih undur diri.

"Aku pamit ke kamarku dulu, ya, Ibu Noura. Selamat beristirahat. Putri, sampai ketemu, ya."

"No ... you have to stay here!" ucap Amri tegas, melarang Dara yang hendak meninggalkan pertemuan mereka.

"Abaaang ... " Azizah mendesah. Ia tak mau suasana pertemuan dengan Ibu tirinya ini kembali runyam seperti yang sudah-sudah. Azizah sangat mengerti watak Abangnya. Ia akan menolak apa pun yang tidak diinginkannya meskipun harus beradu argumen bahkan fisik dengan orang lain.

"You stay here, Dara. Sit besides Azizah!" perintah Amri.

Dara mengerlingkan matanya menuju Azizah, meminta petunjuk. Azizah mengangguk, memberi sinyal kepada Dara agar menuruti permintaan Abangnya. Putri dan Ibu Noura yang tak mengerti apa-apa hanya menatap mereka kebingungan. Tak mau melihat Amri semakin murka, Dara kemudian duduk di samping Azizah.

(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang