- Berharap kepada seseorang yang tak mungkin menjadi teman hidupmu, takkan pernah membuatmu bahagia. - Ario Muhammad
****
Penantian panjang dalam kesabaran takkan pernah berakhir sia-sia. Allah melihat setiap tetes keringat, rangakaian resah, dan kegelisahan yang menggelayut di dalam dada. Kesabaran yang disempurnakan bersama doa panjang penuh harap akan menyuburkan iman sekaligus memudahkan petunjuk dari Allah atas tumpukan masalah yang membentang. Ibu Alya dan Dara merasakan rumitnya pergulatan batin itu, mempertanyakan masa lalu, mengirimkan doa penuh tanda tanya, termasuk merasakan lubang di dalam hati yang takkan pernah terisi ketika kenyataan belum terurai di depan mata.
Maka melihat anaknya yang dibuang di panti asuhan 25 tahun silam seperti keberkahan yang datang dari langit, menyinari sanubari Ibu Alya yang gersang karena perasaan bersalah. Ibu Alya kehilangan keberanian untuk sekadar datang ke Indonesia dan mencari anaknya. Berkunjung ke sana akan membuka luka lama dan menengok kenangan maksiat yang membuatnya tak bisa bertahan karena ketakutan kepada Allah. Dara yang masih memeluk Ibu Alya menangis lirih dalam kebimbangan yang luar biasa. Perasaannya campur aduk. Entah bahagia, entah nelangsa, Dara sendiri tak mampu menerjemahkannya.
"Ibu ... " Raffa – yang sejak tadi berdiri menyaksikan kedua perempuan yang dicintainya menangis – akhirnya membuka suara.
"Apa benar yang dikatakan Ibu?" lanjutnya.
"Raffaaa ... " Ibu Alya melepaskan pelukannya dengan Dara, memandang wajah Dara dan Raffa secara bergantian. Ada rasa bersalah yang tergambar sedih dari raut wajahnya.
"Tanda lahir Dara dan wajahnya yang begitu mirip dengan Ibu adalah petunjuk yang terang benderang tentang identitas Dara, Raffa."
"Ibu yakin?" Raffa kembali mengurai gelisahnya. Dara menunduk dengan sisa tangisan yang masih terdengar menyayat kalbu.
"Ibu yakin," balas Ibu Alya mantap.
"Apa sebaiknya tes DNA dulu?" usul Raffa.
"Ibu, benar yang dikatakan Raffa. Sebaiknya tes DNA dulu. Aku tak mau berharap terlalu jauh," Dara yang bimbang akhirnya menuturkan keinginannya. Ia tak lagi memikirkan perasaannya setelah tahu jika Raffa kemungkinan besar adalah saudara satu ibu dengannya. Detik ini, mengetahui keberadaan ibunya jauh lebih penting dibanding yang lain.
"Kita tes DNA pekan depan ya, Bu!" tukas Raffa.
"Insya Allah," balas Ibu Alya sambil menatap Dara lekat. "Kamu mau, 'kan, Dara?" lanjutnya.
"Tentu saja, Ibu."
"Raffa ... are you ok?" Ibu Alya kembali melirik putra satu-satunya. Ia ingin memastikan lelaki itu tidak terluka.
"Raffa juga bingung, Ibu. Berikan aku waktu untuk berpikir," balas Raffa bimbang.
Suasana hatinya belum bisa ditebak, bingung memilih untuk bahagia atau tidak. Jika Dara adalah adiknya, maka ia menemukan saudara baru yang akan belajar bersama untuk mendekat kepada-Nya, namun takkan ada lagi rasa cinta. Sedangkan perasaan yang telanjur mengisi hari-harinya adalah perkara penting yang rumit. Malam-malamnya adalah lamunan tentang Dara yang sudah merasuk ke dalam sukma. Cintanya kepada gadis Indonesia itu telah lama menguat seiring berjalanannya waktu. Melepaskan perempuan seanggun Dara untuk tak menjadi istrinya adalah kebodohan yang purna.
"Raffa ... kamu percaya dengan takdir dari Allah, bukan?" Dara yang sejak tadi mengamati interaksi Raffa dan Ibunya mengajukan pertanyaan penting kepada Raffa.
"Insya Allah, Dara. Aku percaya."
"Pertemuanmu denganku juga pilihanku yang jatuh kepadamu," ucap Dara. Ia diam sesaat. "Aku percaya adalah skenario yang sudah di atur oleh Allah untuk kita agar kita bisa dipertemukan dengan kenyataan ini." lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBIT
RomancePertemuan dua manusia sesungguhnya tidak pernah terjadi tanpa ada alasan dibaliknya. Ada begitu banyak wajah-wajah yang kamu temui setiap hari, namun tak semuanya memiliki warna yang akan membuatmu selalu teringat. Ada yang datang dengan seutas seny...