(11) SENJA DI KAKI PEGUNUNGAN ALPEN

2.9K 167 1
                                    

-Kejujuran memang bisa dirasakan oleh lawan bicara.- Ario Muhammad

****

Saat seorang lelaki jatuh cinta, maka tak ada alasan baginya untuk berhenti memperjuangan perempuan yang dikagumi sepenuh jiwa. Egonya takkan pernah membiarkan dia kalah dengan siapa pun. Seberat apa pun tantangan di depan mata, wanita yang dipuja sepenuh hati akan dikejar hingga ke ujung dunia. Begitu juga dengan Raffa dan Amri. Bagi mereka, Dara telah merenggut malam-malam mereka dengan imajinasi penuh warna bernama cinta. Mengalah untuk tak memilikinya hanya karena ada lelaki lain yang belum jelas kedudukannya di hati Dara adalah kebodohan tak termaafkan bagi mereka. Namun tidak bagi Dara, melihat dua lelaki ini nyaris beradu argumen hanya karena dirinya adalah perkara bodoh yang tak bisa dibiarkannya begitu saja.

"Jangan seperti anak kecil. Ngapain kalian berdebat di sini?" seru Dara dengan nada tak bersahabat.

Dua lelaki yang sejak tadi bergumul dengan pertanyaan tentang Dara bergeming dengan posisi mereka masing-masing.

"Tapi aku serius, Dara," Amri membuka suara.

"Apalagi aku, Dara. Kamu sudah tahu itu!" Raffa tak mau kalah.

"Sudahlah Raffa dan Amri. Lupakan!" Perempuan itu mengambil langkah lebar, meninggalkan dua lelaki yang membuatnya kesal bukan kepalang.

Amri dan Raffa terkesima melihat Dara yang berlalu pergi tanpa peduli apa saja yang baru dibicarakan. Mereka tahu Dara tak suka dengan sikap mereka.

"Kita bicarakan di lain waktu." Raffa membuka suara lalu berlari mengejar Dara.

Amri terdiam seribu bahasa, memikirkan keberadaan Raffa di antara dirinya dan Dara. Harus ada keberanian untuk menaklukkan Dara, dirinya tak boleh kalah langkah.

***

"Aku akan ke Swiss pekan depan, Raffa," ujar Dara sesaat setelah selesai meeting rutin dua mingguan bersama Raffa.

"Oh, ya? Dalam rangka apa?"

"Aku mendapatkan travel grant [1] untuk menghadiri Behavioral Neuroscience Conferences, Symposiums, & Workshops selama 3 hari di Geneva."

"Wow ...fantastic!" balas Raffa.

"Tapi aku akan berada di Swiss selama 6 hari. Jadi selama itu pula aku tidak ada di kampus."

"Enam hari? Sisanya kamu mau ke mana?"

"Aku mau menikmati rute golden pass railway [2] dari Geneva ke Luzern lalu menginap di Luzern selama 3 hari sebelum terbang kembali ke Bristol."

"Rencana yang bagus. Sudah pernah ke Swiss sebelumnya?"

"Belum."

"Coba tunjukkan itinerary-mu.[3]"

Dara menatap Raffa keheranan.

"Untuk apa?" ujarnya.

"Aku akan sarankan kepadamu tempat-tempat bagus yang harus kamu kunjungi. Aku dulu pernah setahun tinggal di sana saat menjadi visiting scholar[4] di Lausanne," balas Raffa cepat.

"Aku akan mengirimkannya via email. Kamu bisa memberikan saran lewat email. Aku buru-buru sekarang. Ada janji dengan temanku."

"Cool. See you then!" tutup Raffa.

Sesaat setelah perempuan yang telah mencuri hatinya itu pergi, Raffa bergegas melihat jadwal yang dimilikinya dalam pekan depan. Dara tak tahu, jika lelaki itu juga diundang sebagai salah satu keynote speaker [5] di workshop yang akan dituju Dara. Namun keberadaannya di Geneva hanya 3 hari. Tanpa menunggu lama, Raffa langsung memperpanjang keberadaannya di Swiss lewat kalender outlook-nya.

(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang