(8) RAFFAELE DE LUCA

3.2K 197 3
                                    

-Hidup ini, sesungguhnya adalah perjalanan membongkarmisteri. Berjalan menyusuri setiap cerita masa depan yang tidak pernah kitatahu wujudnya. Esok hari mungkin telah terencana, namun tak berarti ia akanberjalan sesuai dengan ingin kita. Begitu juga sebaliknya, saat kita merasa takada kesempatan untuk menemukan cahaya kebenaran, ada keajaiban-keajaiban yangdihadirkan Allah untuk membuka tabir kebingungan yang telah lama mengendap.- Ario Muhammad

****

Tidak semua gombalan laki-laki harus direkam di dalam memori. Percayalah, banyak dari ucapan manis tersebut hanyalan bualan yang bertujuan untuk menaklukkanmu. Ada yang memang datang dari batin mereka yang terdalam, namun tak jarang hanyalah kata-kata tak bermakna yang keluar karena ingin memilikimu. Dara tahu, kalimat yang baru saja keluar dari bibir Amri adalah gombalan khas laki-laki. Ia sering mendengarnya sejak masih berseragam putih abu-abu.

Tak mau terjebak dalam dialog absurd dan percuma, Dara bangkit lalu mendaratkan pukulan keras ke ulu hati Amri yang terlapis sabuk pelindung dan melanjutkannya dengan tendangan T ke arah samping kiri badan Amri.

"Uuuggh ... " Amri meringis kesakitan.

"Kok gini jawabannya? Aku serius barusan," lanjut Amri.

"Sudah jangan gombal," balas Dara melotot.

"Hahahaha ... " Amri terpingkal dibuatnya.

"Sudah duelnya, Kak Dara. Masuk, yuk!" kali ini Azizah membuka suara.

"Ayoo!" seru Dara lalu menggamit lengan Azizah dan berlalu meninggalkan Amri. Amri tersenyum memandang mereka lalu mengikuti langkah Dara dan Azizah dari belakang.

"Aku ke kamar dulu, ya! Terima kasih Dara untuk duelnya hari ini. Kapan-kapan kita tarung lagi," ucap Amri sesaat setelah mereka berada di pantri kecil samping sofa ruang tamu.

"Siaaap, Pendekar. See you!" balas Dara.

Azizah dan Dara lalu duduk santai di pantri kecil dekat ruang tamu. Azizah mengeluarkan beberapa jus minuman yang tersimpan di kulkas pantri lalu menikmatinya bersama Dara. Azizah meneguk jus mangga, sedang Dara meminum jus anggur yang dingin.

"Kamu tahu kenapa Abangku berubah?" ucap Azizah memecah keheningan.

"Kenapa, Zah?"

"Setahun yang lalu, Amri mengalami kejadian menyesakkan dalam hidupnya."

"Maksudmu?"

"Amri, Ibuku, dan Sheenah kekasihnya, saat itu sedang sibuk melakukan foto pre-wedding di Granada, Spanyol," urai Azizah. Ia menatap Dara sesaat sebelum melanjutkan ceritanya.

"Mereka memutuskan untuk menuju Granada lewat jalur darat sekalian menikmati keindahan pantai timur Spanyol. Di tengah perjalanan dari Valensia ke Granada, ketiganya mengalami kecelakaan."

"Ya Allah ... " Dara kaget mendengar uraian Azizah.

"Bang Amri waktu itu mutusin nyetir sendiri. Dia memang suka sekali nyetir dan berkendara di tempat-tempat baru. Ada mobil lain yang mengikuti mereka dari belakang berisi tim fotografer dan sopir keluarga yang menemani mereka foto pre-wedding di tiga negara di Eropa," lanjut Azizah. Ia lalu menarik napas, menahan sesak yang mulai terasa menggeregoti jiwanya.

"Sebelum memasuki Granada, mobil Amri terselip di tikungan dan menabrak truk besar yang berlawanan arah. Amri yang berada di sisi kiri selamat sedangkan Sheenah yang berada di sisi kanannya meninggal, termasuk ibu kami yang berada di kursi kanan bagian belakang," rasa sedih mulai terbit dari nada suara Azizah. Ia seperti membuka luka lama mengingat kematian ibu kandungnya.

(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang