Jika Allah sudah berkehendak, siapa yang akan menghindar?
Jika Allah sudah merancang sebuah konspirasi semesta, bagian bumi yang mana yang tak mendukungnya? - Ario Muhammad
***
Kemuliaan seorang perempuan terlihat dari caranya menjaga harga diri. Tidak tunduk pada pesona semu, kekayaan yang berlimpah, apalagi tergoda karena rayuan sesaat. Wanita yang menjaga dirinya dalam keagungan, layak untuk mendapatkan penghormatan yang lebih juga penjagaan yang sempurna. Sama halnya dengan Dara. Bagi Amri, keberaniannya menjaga prinsip-prinsip kokoh dalam keadaan paling buruk sekali pun, adalah tanda bahwa perempuan yang sedang didekapnya ini harus dijaga sepenuh jiwa.
Amri yang sedari tadi terkesima menyaksikan kegigihan Dara lalu menggoyang wajah Dara, mencoba menyadarkannya. Melihat tak ada respons normal dari Dara setelah permintaan lirih untuk tak menyentuhnya, Amri dengan sigap membopong Dara memasuki rumah. Jiwanya masih diliputi resah yang menggunung. Ia khawatir jika Dara mengalami hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah meletakkan Dara di sofa ruang tamunya, tanpa menunggu, Amri menekan nomor 999 agar terhubung dengan bagian emergency. Tak berapa lama kemudian, Amri sudah tersambung dengan petugas dan menjelaskan dengan detail situasi yang sedang ia hadapi.
Tak mau berlama-lama melakukan pengecekan, sang petugas langsung mengabarkan kepada Amri akan mengirimkan ambulans secepatnya menuju rumah Amri. Ia diminta untuk memantau situasi Dara agar terhindar dari hal-hal fatal.
Sesaat setelah saluran telepon dengan tim emergency terhenti, Amri dengan cepat mengatur suhu ruangan rumah agar cukup hangat untuk Dara. Dipandangnya perempuan yang baru saja ditemuinya itu. Wajahnya kuning langsat dengan hidung bangir kearab-araban. Alisnya bertemu dengan dagu lancip yang terbentuk indah di bawah bibirnya. Meskipun pucat, wajah Dara menyimpan pesona yang sukar untuk ditepis Amri. Di saat yang bersamaan, Amri merasa kasihan menyaksikan perempuan yang terkulai lemah di hadapannya. Baru saja tiba di Bristol, harus mengalami kejadian yang sebegini parah.
Lima menit berlalu, suara ambulans mulai terdengar dari ujung York Street yang bersisian dengan Brunswick Square. Dara yang semula bernapas lemah dan begitu pelan, mulai terbangun. Ia sepertinya siuman mendengar bunyi sirene yang berdering nyaring.
"Am ... rii ..." sahutnya lirih.
Amri yang baru saja mengambil air minum untuk diberikan kepada Dara jika ia terbangun, bergegas mendekatinya.
"Dara? Sudah sadarkah kamu?" balasnya cepat.
Bersamaan dengan pertanyaan bernada khawatir tadi, petugas emergency sudah masuk ke halaman rumah Amri dan mengetuk pintu.
Dua orang petugas kemudian masuk dan memeriksa Dara yang sudah siuman. Dara yang sudah mulai bisa berbicara meskipun pelan memberitahukan situasinya kepada petugas. Pemeriksaan standar oleh petugas pun dilakukan.
Dara diberi minum secukupnya dan ditenangkan sembari memeriksa semua bagian tubuh vital yang dimiliki Dara.
"Sepertinya Dara tidak mengalami masalah yang serius. Dia hanya kelelahan setelah melewati malam yang melelahkan, hanya butuh istrahat yang cukup agar bisa kembali pulih." Sahut petugas berambut pirang dengan bahasa Inggris aksen Italia yang kental.
Amri —yang menyaksikan para petugas sejak tadi— menggangguk menyetujui hasil pemeriksaan mereka. Selelah dan sepagi ini, Amri sudah kehilangan daya untuk sekadar membalas laporan yang baru saja didengar.
Perhatian mereka lalu teralihkan dengan suara ketukan pintu dari sosok yang berbeda. Amri menduga ini pasti teman-teman Dara. Dengan cepat Amri membuka pintu dan memerintahkan tiga perempuan yang berdiri di depan pintu untuk masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBIT
RomansaPertemuan dua manusia sesungguhnya tidak pernah terjadi tanpa ada alasan dibaliknya. Ada begitu banyak wajah-wajah yang kamu temui setiap hari, namun tak semuanya memiliki warna yang akan membuatmu selalu teringat. Ada yang datang dengan seutas seny...