Gina yang sedang membaca buku dikejutkan dengan kehadiran David yang duduk disebelahnya. Gina hanya melirik sekilas tanpa berniat membuka mulut.
"Gina." David mencolek pipi kanan Gina. "Gue bawain roti sama susu kesukaan lo."
Gina masih diam.
David membuang nafas pelan. "Sorry, Gin. Iya, gue ngaku salah kemarin."
"Heem."
Wajah David berubah memelas dan sekuat tenaga ia memikirkan berbagai cara agar Gina bisa memaafkan kesalahannya. Dan ia yakin itu cukup susah.
"Gina yang cantik, imut, lucu, dan menggemaskan jangan marahin David dong." Hampir saja Gina tertawa mendengar ucapan David seperti anak kecil yang merengek pada ibunya.
"Basi."
David tidak tau bagaimana cara agar Gina tidak marah lagi padanya. Ia adalah lelaki yang minim tentang hal yang seperti ini. Apakah ia harus bertanya pada Yudi si playboy?
"Jangan gitu, dong."
Gina memandang tajam David sedangkan yang ditatap gemetaran karena takut bahkan untuk menelan ludahnya saja susah.
"Emang lo pikir minta maaf itu masalah selesai? Gue terlanjur sakit hati, Vid. Dengan seenak jidat lo nitipin tas ke gue dan gak ada ucapan terima kasih buat balasannya. Lo emang gitu sih orangnya, jadi gimana gue gak marah." Semprot Gina. David menjadi serba salah sekarang.
"Lo lagi PMS?" Tanya David hati-hati karena setau dirinya Gina tidak akan mempersalahkan masalah sepele seperti kemarin kecuali saat ia sedang PMS.
"Kalo iya kenapa?"
Tuh kan. Perasaan David memang benar.
"Gak kenapa-napa, sih."
"Bagus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Teman (END)
Teen Fiction(Tamat) Gina berteman dengan David, semenjak ibunya David meninggal beberapa minggu yang lalu. Disitu kedekatan mereka mulai terlihat, bahkan beberapa teman meraka menganggap mereka pacaran. . . . Apakah David akan menembak Gina sebagai pacarnya? At...