09

1.4K 39 0
                                    

Gina bingung bagaimana caranya ia pulang sore ini. Memang benar banyak sekali mulai dari ayahnya, taksi, angkot, atau dengan canggihnya memesan lewat aplikasi.

Sayang, sekali... kendalanya juga banyak.

Pertama: ayahnya sedang bekerja, jadi tidak ada kemungkinan untuk ayahnya jemput.

Kedua: argo atau harga ongkos taksi sangat mahal dari sekolah hingga rumahnya.

Ketiga: para supir angkot sedang demo.

Keempat: karena para supir angkot demo akhirnya naiklah harga ojek online 2x lipat dari harga biasanya.

Kelima: batrei handphonenya habis.

Memang sial sekali Gina hari ini. Apalagi sekolah yang mulai sepi dan tersisa beberapa anak-anak yang mengikuti ekstrakurikuler.

Gina kaget mendapati motor yang ia ketahui pemiliknya berada didepannya sepaket dengan orangnya, siapa lagi kalau bukan David.

David membuka helmnya lalu bertanya. "Belum pulang?"

"Mata lo katarak? Kalo gue belum pulang, ya, kenapa gue bisa di sini." Gina menganggap pertanyaan David merupakan pertanyaan bodoh.

"Mulut lo gak bisa di filter, Gin? Pedes amat."

"Fakta, mas bro." Gina diam sejenak, "ngapain lo masih di sini? Pulang sana."

"Lo ngusir gue?" David melotot tidak percaya pada Gina, padahal tadi siang ia mentraktir manusia bermulut pedas itu tapi sekarang ini balasannya?

"Gue gak ngusir."

"Gak ngusir tapi intonasi lo bermaksud ngusir, bego. Alah, lebih baik gue pulang." David memakai helmnya dan menstart motornya.

"Pulang sono."

"Sebenarnya gue mau ngajak lo pulang bareng tapi karna respon lo kayak gitu lebih baik gak usah. Bye, Gina. Selamat menunggu." David berlalu pergi meninggalkan Gina dengan tamoang cengonya.

Sebatas Teman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang