10

1.4K 247 85
                                    

Happy reading

Tekan 🌟 sebelum membaca

.
.
.

-----oOo-----

Sohyun meletakkan nasi diatas meja, memberikannya pada Jihoon yang telah duduk dengan tenang di kursinya.

Pemuda itu tampak tenang meski beberapa menit yang lalu penuh dengan aura hitam.

Sohyun menegak salivanya dengan susah payah. Dia heran dengan perubahan sikap Jihoon yang dapat dihitung dalam hitungan detik saja.

Menggelengkan kepalanya pelan. Itu bukan urusannya mengapa Jihoon tampak tenang. Bukankah itu lebih baik daripada beberapa menit yang lalu.

"Makanlah, aku akan keluar sebentar."

Jihoon hanya menunduk, satu tangannya menyentuh sendok di samping mangkuk nasinya. Dia diam beberapa saat, sebelum akhirnya membuka mulut untuk bersuara.

"Temani aku makan."

Sohyun mengangkat sebalah alisnya bingung.

"Selama ini aku makan seorang diri. Setidaknya malam ini aku tidak sendirian."

Jihoon menegakkan kepalanya, melihat iris coklat dalam Sohyun. Pemuda surai merah itu menatap Sohyun penuh harap, saat ini Jihoon ingin ditemani meski tanpa percakapan apapun.

"Baiklah."

Sohyun menarik kursi tepat dihadapkan Jihoon. Memangku dagunya dengan satu tangannya. Jihoon tersenyum manis.

Deg, deg

Iris indah itu membulat sempurna. Jihoon tersenyum dan itu membuat jantung Sohyun berdebar tidak karuan.

Sekali lagi Sohyun bukanlah orang bodoh. Dia tahu maksud dari bedaran jantungnya. Sohyun menggelengkan kepalanya kuat-kuat, menepis semua perasaan aneh itu.

"Besok kau berangkat naik apa?"

"Bis."

Jihoon menegakkan kepalanya. Satu alis tebalnya terangkat naik. Manik coklatnya menatap lekat wajah Sohyun, menuntut gadis itu memperjelas ucapannya.

"Aku harus menggunakan bis jika kesekolah."

"Kenapa tidak naik taksi. Lagipula jarak rumah ini dan halte sedikit jauh."

Sohyun menggelengkan kepalanya. Di tersenyum tipis.

"Naik taksi akan menguras keuanganku. Disini aku harus berhemat. Menghabiskan beberapa menit ke halte kurasa tidak membuatku terlambat."

Jihoon diam. Dia tersenyum dan menyuapi nasi kedalam mulutnya. Sembari mengunyah Jihoon berkata,

"Mulai besok kau berangkat dan pulang sekolah bersamaku. Aku tidak menerima penolakan."

Sohyun diam, dia terlihat bingung mendengar permintaan Jihoon.

"Eh? Kenapa aku harus pergi bersamamu?"

"Kau kan kekasihku."

Sohyun memutar matanya malas. Kalimat itu membuatnya sangat jengah, tidak bisakah Jihoon berhenti menyebut dirinya sebagai kekasihnya. Heol Sohyun bahkan sudah memiliki kekasih.

Apa perlu Sohyun memberitahu Jihoon untuk kesekian kali jika dia memiliki kekasih?

Menghela nafas pelannya, Sohyun memperhatikan Jihoon yang kembali menikmati makan malamnya. Pemuda surai merah itu terlihat lahap menyantap hidangan sederhana yang dibuatnya.

The Demon || • P.jh K.sh ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang