11

1.4K 243 52
                                    

Happy reading

Tekan 🌟 sebelum membaca

.
.
.

-----oOo-----


"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Woojin mendekati Jihoon yang sedang terduduk di kursi tunggu.

Beberapa menit yang lalu mereka sudah sampai dirumah sakit, Sohyun kini ditangani oleh dokter. Entah membutuhkan waktu berapa lama dokter muda itu memeriksa Sohyun.

Jihoon menarik rambutnya frusatsi. Mengapa ia bisa tidak menyadari lebih cepat jika di sekitarnya masih ada seputung rokok.

"Aku tidak tahu."

Clek

Pintu putih itu terbuka lebar. Beberapa perawat keluar dari ruangan dan melewati dua pemuda yang masih menunggu dengan cemas kondisi Sohyun.

Jihoon segera bangkit dari duduknya, dan melangkah kan kakinya mendekati sosok pria berjas putih itu.

"Bagaimana keadaannya?"

Yang ditanya hanya tersenyum. Ia mengangkat tangannya dan meremas pelan bahu lebar Jihoon.

"Dia tidak apa-apa. Untung saja kau membawanya lebih cepat. Dia hanya butuh istirahat."

"Apa bisa kami menemuinya?"

Dokter menganggukkan kepalanya. "Bisa, tapi setelah dia dipindahkan ke ruangnnya." Selepas mengucapkan kalimatnya, Si dokter pun pergi meninggalkan Woojin dan Jihoon.

Hening.

Woojin dan Jihoon diam. Mereka terlalu sibuk dengan isi pikiran masing-masing.

Jihoon yang masih mencemaskan keadaan Sohyun, meski ia sudah mengetahui jika kekasihnya itu tidak apa-apa. Tetap saja Jihoon masih takut.

Ditambah lagi Sohyun mendengar percakapannya dengan Yechan.

Jihoon mengacak-acak rambutnya frustasi. Tidak seharunya Sohyun mendengar percakapan menjijikan itu. bagaimana Jihoon bisa bertemu dengan Sohyun jika gadis itu sudah mendengar hal yang paling menjijikkan sepanjang hidupnya.

"Arrgghh"

Woojin menoleh kearah Jihoon. Kedua alisnya saling bertaut bingung. Beberapa detik kemudian Woojin menghela nafas panjangnya.

Dia menatap saudaranya yang terlihat begitu kacau. Rambutnya acak-acakan, dasinya yang dilihatnya pagi tadi rapih, kini terlihat berantakan. Pipi dan sudut bibir pemuda surai merah itu bahkan membiru.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Woojin pada Jihoon. Pemuda surai merah itu menegakkan kepalanya, manik coklatnya melihat kearah Woojin yang berdiri tepat dihadapannya.

Jihoon menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Aku tidak apa-apa. Kau kembalilah kesekolah biar aku yang menunggunya."

"Baiklah, tapi sebelum itu kau harus diobatin terlebih dahulu. Kau tidak mungkin memperlihatkan wajah penuh lembamu ke Sohyun kan?"

Jihoon kembali diam. Ia baru menyadari jika penampilannya berantakan dan juga pipi serta sudut bibirnya yang terluka.

"Hm, terimakasih dan maaf." Guman Jihoon pelan. Sangat pelan sampai Woojin hampir tidak mendengarnya.

"Untuk apa?"

The Demon || • P.jh K.sh ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang