16

1.2K 241 87
                                    

Happy reading

Tekan 🌟 sebelum membaca

.
.
.

-----oOo-----

Suasana yang sejak tadi mencengkram kini sedikit mencair.

Nakyung sudah terlihat sesantai saat mereka dalam perjalanan menuju rumah Sohyun.

Woojin santai dengan ponselnya dan televisi yang dibiarkan menyala.

Hanya kini tinggal Sohyun dan Jihoon yang masih adu tatapan tajam.

Jihoon tak pernah melepaskan mata elangnya melihat Sohyun yang duduk tepat di hadapannya, sementara yang ditatap sesekali melirik Joy yang tengah meletakkan belanjaannya di kulkas.

Sohyun menghembuskan nafasnya pelan, melirik Jihoon yang masih menatapnya tajam.

Errrrr ada apa dengannya?

"Joy-a, mau kubantu?" tanya Sohyun bangun dari duduknya, melangkahkan kakinya mendekati Joy yang masih berkutat di dapurnya.

"Tidak perlu, kau diam saja di sana. Tanganmu kan AAAKKKHHHHHH-"

Joy berteriak begitu keras ketika ia berbalik ia menemukan Sohyun telah berdiri di belakangnya.

"Yaaaa!!! Kim Sohyun!"

Sohyun terkekeh kecil melihat keterkejutan Joy. Bukan hanya Sohyun yang tertawa, Woojin dan Nakyung pun ikut tertawa.

"Ya! Kalian berdua mau cari mati?" Ujar Joy kesal, ia mendekat dan mengambil pisau dapur kemudian di angkat seolah dia akan melemparkannya pada Nakyung dan Woojin.

Sohyun menoleh memperhatikan kedua temannya yang ikut tertawa bersamanya. Manik coklatnya itu berhenti bergerak saat bertemu dengan manik tajam milik Jihoon.

Beberapa detik kemudian Sohyun mengalihkannya, menganggap mereka tidak pernah saling melempar pandang satu sama lain.

"Sudah, lagian kenapa kau begitu serius menatanya." tanya Sohyun

"Aku suka tidak suasananya. Lagian kalian berdua kenapa sih?"

Joy bertanya pelan, dan itu hanya dapat didengar oleh Sohyun.

"Siapa?"

"Kau dan Jihoon, kalian bertengkar?" tanya Joy sembari meletakkan pisau dapur ketempatnya.

Sohyun melirik Jihoon dari ekor matanya. Pemuda itu sudah tidak melihat kearahnya lagi, melainkan kini dia tengah sibuk memainkan ponselnya.

"Hyunie."

Sohyun menoleh.

Joy menatap penuh harap agar dia menjawab pertanyaannya itu. Sohyun tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Joy menghela nafas sebal. Lagi-lagi Sohyun menyembunyikannya dari dirinya.

"Bagaimana dengan bahumu?" tanya Joy menunjuk dengan matanya.

"Sudah mendingan. Ahya kau mau menemaniku melepasknnya besok?"

"Memangnya sudah boleh?"

Sohyun menganggukkan kepalanya. "Lagian dokter itu hanya megerjaiku, bahuku hanya terkilir jadi penyembuhannya sedikit cepat."

"Untunglah, lagian kok sampai bisa terkilir sih? Memangnya kau sudah menabrak apa?"

Sohyun diam. 

The Demon || • P.jh K.sh ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang