18

965 181 54
                                    


Happy reading

Tekan 🌟 sebelum membaca

.
.
.

-----oOo-----

Woojin mendekati Jihoon yang tengah berbaring di rooftop sekolahnya. Kedua tangannya di masukkan kedalam saku celananya.

"Yak!! Bangunlah.." panggil Woojin. Pemuda tan itu berdiri tepat diatas Jihoon, mengahalangi sinar matahari mengenai wajah Jihoon.

Pemuda pipi chubby itu meringis sebal. Sebelah matanya terbuka, memandang wajah menjengkelkan saudara kembarnya.

"Wae?"

"Wajahmu akan gosong jika berjemur jam segini." ucapnya, berdesis pelan merasakan sinar matahari yang menusuk hingga kedalam kulitnya. "Menunggu siapa disini?"

"Sohyun. Ada apa?"

"Kalian sudah berbaikan?"

Mendengar pertanyaan Woojin membuat Jihoon memperbaiki posisinya terduduk. Kelopak matanya sepenuhnya terbuka, memandang lurus kedepan sana.

"Iya."

"Syukurlah. Jangan menjauhinya lagi, kau tahu aku selalu siap untuk mengganti posisimu."

Jihoon tersenyum tipis. Untuk pertama kalinya dia merasa bebas.

Bebas untuk mencintai seseorang tanpa harus menyakiti siapapun.

.

Jihoon menegekkan kepalanya, kedua bahunya terangkat tidak tahu. "Untuk lebih jelas tanyakan itu padanya. Sekarang Sungwon berada dirumah Jaemin."

Jihoon memperbaiki posisinya tegap. Dia melangkah mendekat, memangkas jarak antara dirinya dan Woojin.

"Apa kau menyukai Kim Sohyun?" tanya Jihoon.

Pupil Woojin melebar, begitu terkejut dengan apa yang baru saja di katakan oleh saudara kembarnya.

Jihoon tersenyum sinis, ia melangkah mundur satu langkah, tangannya di masukkan kedalam saku jaketnya.

"Apa kita harus mengulang kejadian dua tahun yang lalu?" tanya Jihoon dengan senyum sinisnya. "Park Woojin?"

Beberapa detik kemudian air wajahnya berubah normal. Woojin tersenyum.

"Tidak, aku tidak ingin kehilangan saudaraku lagi. Bagiku ini sudah cukup, berada disisinya sebagai seorang sahabat..

..aku memang mencintainya, tapi aku lebih mencintai saudaraku. Kita sudah lama berperang dingin, kenapa kita harus berperang setelah kubu es itu mulai mencair?"

Jihoon diam, Woojin mendekat dan meremas lembut bahu Jihoon.

"Kau telah berubah sedikit lebih baik setelah bertemu dengannya."

"Kau mau mati?" tanya Jihoon takut-takut. Demi tuhan, Woojin dihadapannya terlihat sangat berbeda dari yang dia kenal sebelumnya.

Ia perah mendengar jika seseorang terlihat sangat berbeda dari sebelumnya maka itu tandannya orang itu akan mati. Dan Jihoon tidak ingin hal itu terjadi.

Sebenci-bencinya Jihoon pada Woojin. Dia tidak akan pernah rela jika pemuda itu meninggalkannya. Tidak akan ada lagi seseorang yang akan diajaknya untuk berkelahi.

"Apa yang kau bicarakan?"

"Kau berbicara yang aneh. Tidak perlu menjadi orang yang berbeda, tetaplah menjadi dirimu sendiri. Aku sudah tidak peduli kau masih mencintainya atau tidak..

The Demon || • P.jh K.sh ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang