BAGIAN 3

4.7K 536 62
                                    

BAGIAN 3


Saga membenarkan letak tangan anaknya yang sedang menggosok gigi. Diusapnya dengan sabar mulut anaknya yang belepotan busa pasta gigi. Saga memberikan contoh pada Enzi untuk berkumur dan membuang busa. Enzi menurut, dan tertawa, matanya mengerjap saat kacamatanya berembun.

Saga terkekeh dan melepaskan kacamata anaknya untuk dibersihkan dan kembali memakaikan. "Minggu depan kita ke Indonesia ya, Nak."

"Ne-sia." Saga mengangguk. Anaknya memang terdapat kelainan di saraf dan otak kecilnya. Sejak lahir, Enzi sudah terlihat berbeda dengan bayi lainnya. Apalagi saat lahir ia prematur, Enzi harus dilahirkan sebelum waktunya karena penyakit yang diderita istrinya akan berakibat buruk bagi keduanya.

Namun tetap saja, istrinya tidak dapat tertolong. Saga menelan ludahnya susah payah, matanya memanas. Sanggupkah ia kembali ke Indonesia? Bagaimana tanggapan orang-orang di sekitar mereka nanti? Sepuluh tahun Saga di negara istrinya, hanya pernah sekali mengunjungi Indonesia, itupun ia tidak lama dan tidak ada yang tahu. Saga hanya mengambil surat-surat penting untuk kepentingan di sana. Sebenarnya saat itu ia bisa saja meminta ayahnya untuk mengirim. Namun, entah mnegapa ia ingin melihat kampung halamannya. Ataukah ia ingin melihat Alma? Pemikiran itu kmebali menyentaknya. Dan ia akan kembali bersama anaknya beberapa hari ke depan.

"Hari ini Enzi yang siapin sarapan ya?" Saga memang membiasakan Enzi memakai bahasa Indonesia.

Enzi yang baru saja membasuh wajahnya mengangguk antusias. Saga mengelus puncak kepala anaknya, rambut Enzi pirang. Seperti rambut almarhumah istrinya. Saga memberikan kecupan sayang di rambut anaknya.

Lalu mengajak anaknya keluar dari kamar mandi untuk menuju meja makan. "Tuang ke mangkok ya, Nak. Papa buatin susu dulu."

Enzi yang antusias melihat sekotak sereal seperti tidak mendengarkan perkataan ayahnya. Saga tersenyum, lelaki pemilik senyum teduh itu mulai membuat susu. Pikirannya masih dipenuhi kemungkinan-kemungkinan yang ditakutinya saat ia kembali ke Indonesia. Dalam hati, Saga sebenarnya sangat merindukan keluarganya, teman-temannya, dan Alma.

Alma. Kira-kira bagaimana kabar adik manisnya itu? Apakah Alma saat ini sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik? Atau apakah Alma sudah menikah? Saga tersenyum miris, mengingat ia menikah seminggu setelah ayah Alma meninggal. Harusnya ia masih memberikan pelukan ketenangan untuk Alma, tapi keinginan keras Jennifer agar segera dinikahi, tidak dapat ditolak Saga. Entah apa yang dipikirkan Jenifer saat itu.

Saga menoleh saat mendengar suara sereal tumpah ke meja, dengan membawa dua cangkir susu, ia mendekati anaknya yang tampak asyik dengan tumpahan sereal.

"Kamu mau memakan semua ini, Nak? Papa nggak dibagi?" Saga ikut tertawa saat Enzi justru tertawa melihat mangkok miliknya penuh. Dengan telaten Saga memindahkan sereal itu ke mangkoknya. Lalu Saga menuangkan susu.

"Selamat makan, Anak Papa."

Enzi tertawa dan menjawab. "A-mat akan, Pa."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta untuk Alma [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang