BAGIAN 4
Alma membersihkan meja makan, ia dan ibunya telah menyelesaikan sarapan. Seperti biasa, mereka akan berangkat bekerja. "Nanti ibu bareng sama Alma aja ya? Ibu bilang sama Mas Bambang biar nggak usah jemput ke rumah, nanti aja pas Ibu pulang." Bambang adalah ojek langganan ibunya. Dulu saat Alma belum bekerja, ia selalu mengantar jemput ibunya, tetapi setelah ia bekerja, Alma mencarikan ojek untuk ibunya.
Ibunya mengangguk, dan meraih telepon genggamnya. Alma yang selesai mencuci piring tersenyum melihat ibunya sibuk mengetik pesan. Alma mendekat, lalu dengan pelan meraih telepon genggam ibunya.
"Biar Alma aja yang ngetik ya. Biar cepet."
Ibunya tertawa. "Ibu udah lama punya hape kok yo masih ndak lancar-lancar ya? Heran ibu." Alma tertawa mendengar gerutuan ibunya. Setelah auahnya meninggal, ada perubahan dalam diri ibunya. Ibunya tampak lebih pendiam.
Ibunya menatap Alma dalam diam, putrinya sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan lemah lembut. Ibunya setiap malam menangis, putrinya mengorbankan mimpinya agar dapat menjaga dan menemaninya. Di dunia ini, ia hanya memiliki Alma. Semenjak suaminya berpulang, ibu Alma tidak pernah berhenti bersyukur memiliki anak seperti Alma. Setiap doa, ibunya selalu menyelipkan doa terbaik dan kebahagiaan untuk putri semata wayangnya.
"Udah nih. Yuk, Bu! Keburu telat."
"Sebentar, Al." Alma yang hendak beranjak langsung kembali duduk dan menatap ibunya penuh perhatian. "Ada apa? Ibu nggak apa-apa kan?"
Ibunya menggeleng. "Kamu tahu kan, rumah Sagara yang lama mau dijual?" Alma tersentak mendengar ibunya menyebutkan nama Sagara, setelah sekian lama, baru kali ini ibunya membicarakan tentang Sagara. Rumah keluarga Sagara semenjak lelaki itu pergi memang dijual, karena kedua orangtua Sagara memilih tinggal di ruko. Ketika tetangga-tetangga bertanya, mereka hanya menjawab jika Sagara tidak akan tinggal di sini lagi. Jadi, lebih baik mereka tinggal di ruko. Semenjak itu pula, hubungan keluarga Alma dan Sagara seolah terputus. Mereka tetap baik jika bertemu namun tidak lagi sedekat dulu.
Dengan berdehem, Alma menjawab. "Iya. Memang kenapa, Bu?"
"Katanya mau ditempatin lagi." Alma mengerutkan keningnya. "Maksudnya, Pak Dewa sama istrinya mau nempatin lagi?"
Ibunya menatap Alma, dan menjawab dengan hati-hati. "Sagara yang akan menempati."
Alma menganga lebar mendengar perkataan ibunya.
***
Alma termangu di ruang guru. Ia baru saja selesai kelas, dan hari ini tidak akan ada lagi kelas. Jadi ia hanya menunggu hingga jam pulang. Pikirannya masih dipenuhi perkataan ibunya. Apa maksudnya Sagara akan kembali menempati rumah itu? Apakah Sagara akan memboyong istrinya? Tidak cukupkah Sagara menorehkan luka saat lelaki itu jauh? Apakah Alma akan kembali merasakan sakit hati, melihat kebersamaan Sagara bersama istrinya. Bahkan bersama anak mereka. Alma tidak dapat membayangkan bagaimana saat ia melihat Sagara bahagia bersama keluarga kecilnya setiap hari.
Alma mengepalkan tangannya. Sekuat tenaga ia menekan perasaan sesak di dadanya. Ingin ia berteriak dan meraung agar bebannya terlepas, tapi tetap saja Alma tidak bisa. Luar biasa pengaruh Sagara ada dirinya. Mengapa perasaan ini harus terus ada jika hanya menimbulkan rasa sakit? Alma belum mampu menghilangkan, atau memang tidak akan pernah mampu.
Alma terkejut saat melihat di depannya ada dua permen kaki yang diletakkan di meja. Kepala Alma mendongak dan langsung bersitatap dengan wajah Abi. Lelaki itu seperti biasa, memamerkan senyuman hingga lekukan manis di kedua pipinya terlihat.
![](https://img.wattpad.com/cover/173553633-288-k830793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta untuk Alma [SUDAH TERBIT]
ЧиклитKembalinya Sagara Basudewa membuat Almadena Anjani kembali merasakan gejolak perasaan yang ia kubur mati-matian selama ini. Sagara, cinta pertama Alma saat itu pernah menorehkan luka begitu dalam. Lelaki itu menikah dengan perempuan asing, dan hidup...