BAGIAN 17

3.3K 504 261
                                    

BAGIAN 17

Saga mengusap wajahnya kasar, kekalutan nampak jelas di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga mengusap wajahnya kasar, kekalutan nampak jelas di wajahnya. Ibu dan ayahnya juga tak kalah khawatir, pagi ini Enzi demam tinggi hingga tak sadarkan diri. Ibu Saga yang hendak membangunkan cucunya langsung histeris. Saga yang baru saja bangun langsung melarikan Enzi ke RSUD. Pikiran buruk berkecamuk di otaknya.

"Ya Allah, berikan kesembuhan untuk anakku. Hanya dia yang Hamba miliki." Bisik Saga, sembari mengusap sudut matanya yang berair.

Ibu Saga mengelus pundak kokoh putranya, memberikan ketenangan. "Tadi malam kenapa kok kayaknya Enzi rewel?"

Saga menoleh dan menggeleng. "Nggak apa-apa, Bu. Enzi biasa rewel." Saga tersenyum tipis, menutupi kenyatan bahwa Enzi menginginkan Alma sebagai ibunya. Hal yang mustahil untuk mereka.

Mereka serentak menoleh saat pintu UGD terbuka. Dokter paruh baya itu tersenyum dan mendekat pada keluarga Enzi. "Anda ayahnya?" tanya pada Saga.

Saga mengangguk. "Iya, saya papanya. Bagaimana keadaan anak saya, Dok?"

Dokter itu menatap Saga dan kedua orangtua Saga. "Sementara ini kami mendiagnosis Enzi terkena demam berdarah. Trombositnya terus menurun, bahkan saat ini tombrosit Enzi berada di angka 29. Jadi untuk sementara ini Enzi harus dirawat intensif, pengecekan akan terus dilakukan, sampai hasil laboratorium keluar."

Dokter menarik napas sebelum melanjutkan. "Bapak tahu bukan, jika Enzi memiliki daya tahan tubuh yang...sedikit berbdeda dengan anak pada umumnya? Jadi kami akan berusaha maksimal dalam menyembuhkan sakit Enzi."

Saga terduduk mendengar penjelasan dokter. Dalam hati, Saga ingin berteriak, mengapa harus anaknya yang terkena penyakit itu. Mengaap harus anaknya yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Enzi sangat riskan akan penyakit apapun, apalagi ini demam berdarah.

"Ya Allah..." Bisiknya dengan air mata mengalir di pipinya. Saga menundukkan kepalanya dalam. Memeluk dirinya sendiri. Saga takut, sangat takut.

***

Seperti yang telah direncakan, hari ini, Alma dan Abi akan berangkat ke Yogyakarta. Bahkan Abi sudah sampai di rumah Alma pukul enam pagi.

"Sarapan dulu, Nak Abi!" Abi yang tengah memasukkan tas ke bagasi mobilnya menoleh.

"Sarapan dulu, Nak Abi!" Abi yang tengah memasukkan tas ke bagasi mobilnya menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta untuk Alma [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang