BAGIAN 14

3.7K 455 275
                                    

BAGIAN 14

Alma masih terdiam dengan mata terpejam mendengar rentetan kalimat yang dilontarkan Abi. Napas hangat Abi menerpa wajahnya. Alma mengakui, ketika dahi mereka menempel ada rasa hangat dan nyaman yang merasuk dalam hati Alma. Tiada kekhawatiran yang selama ini Alma rasakan.

Alma membuka mata saat dahi Abi menjauh dari dahinya. Alma melihat senyum menawan Abi yang terulas dengan tulus. Tangan Abi menyampirkan rambut Alma ke belakang telinga. Tatapannya menyusuri wajah Alma. "Aku nggak tahu lagi, ungkapan apa yang tepat menggambarkan perasaanku padamu, Al. Karena semua bermuara pada dua kata. Sayang dan cinta. Hanya itu. Dan aku ingin menyempurnakan dua kata itu melalui ibadah kita. Agama kita."

Alma merasakan wajahnya menghangat, secara tidak langsung Abi membicarakan pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alma merasakan wajahnya menghangat, secara tidak langsung Abi membicarakan pernikahan. "Mas Abi..." Panggil Alma dengan berbisik.

"Hm?" Abi menjawab dengan deheman halus.

Alma menggigit bibirnya. "Kita duduk yuk, Mas? Nggak enak kalau dilihat tetangga." Sejenak Abi terdiam, lalu Alma merasakan badannya ikut bergetar saat Abi tertawa pelan. Wajah Alma semakin merona. Lalu lelaki itu memegang lembut lengan Alma untuk mengajak duduk.

Abi meneliti wajah cantik Alma dari samping. Sebisa mungkin Abi menghilangkan ingatannya tentang pelukan Alma dengan Saga beberapa saat yang lalu. "Kamu mau buah? Tadi aku bawain anggur, pir, jeruk, apel, sama belimbing."

Alma menolehkan kepalanya. "Banyak banget, Mas?" Abi menggaruk kepala belakangnya salah tingkah. "Lha aku belum tahu buah kesukaanmu sama ibu. Maaf ya?"

Alma tersenyum, lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil buah yang ada di kantong berwarna putih itu. "Alma sama ibu buah apa aja mau kok, Cuma durian aja yang nggak begitu suka."

"Kenapa? Durian enak lho." Abi berkata seraya menyamankan duduknya di samping Alma. Alma kembali tersenyum. "Baunya nyengat banget, nggak terlalu suka bau menyengat. Terus ibu kan ada kecenderengungan hipertensi, jadi menghindari aja lah."

Abi menganggukkan kepalanya. Lalu dahinya berkerut. "Tapi biasanya kalau awalnya nggak suka malah pas ngidam jadi suka lho. Wah, aku kudu siap-siap nih kalau kamu ngidam durian! Semoga aja pas musim ya. Hehehe..."

Tak pelak kalimat Abi membuat Alma malu. Ia menyibukkan diri memilih buah apa yang akan dimakan. "Apaan sih, Mas!"

Abi berdecak pelan. "Lah kamu ini, kalau aku ngomong apa selalu gitu tanggapannya. Kan emang bener, Al. Kalau kamu hamil nanti, aku yang bakalan cari keinginan ngidammu."

Alma tersenyum, lalu beranjak dari duduknya. Abi menatap Alma yang berdiri. "Mau kemana?"

Alma menoleh, "Mau cuci buah ini. Masa iya langsung dimakan, jorok ih!"

Abi tertawa, lalu lelaki berlesung pipi itu ikut berdiri. "Yuk!"

"Kemana?"

"Lah, katanya mau nyuci buah. Biar aku aja yang nyuci, kamu tunjukin aja dimana dapurnya." Alma menggeleng. "Nggak usah, Mas. Mas duduk aja."

Cinta untuk Alma [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang