BAGIAN 10

3.8K 439 252
                                    

BAGIAN 10

Abi tersenyum sopan ketika dokter dan perawat memasuki kamar inap Alma. Lelaki berlesung pipi itu berdiri dan menyalami dokter.

"Selamat pagi, Pak Abizard. Sudah di sini rupanya." Dokter paruh baya itu kebetulan yang memeriksa Alma saat pertama kali Alma dibawa ke rumah sakit jadi sudah mengenal Abi.

Abi tertawa. "Iya, Dok. Kebetulan mampir dulu sebelum ke sekolah."

Alma diam-diam melirik Abi, sekali lagi Alma bertanya pada dirinya sendiri. Apa kuragnya Abi? Hingga ia belum dapat sepenuhnya menerima lelaki baik itu? Pembawaan tenang dan ceria itu selalu menjadi ciri khas sosok Abi.

Alma tersentak saat perawat menyuntik lengannya. Bahkan perawatpun terkejut, tidak menyangka jika pasiennya terpekik. "Ibu baik-baik saja?"

Alma mengangguk. Abi yang terkejut karena mendengar pekikan Alma juga langsung menatap Alma. Tatapan khawatir itu membuat hati Alma menghangat. Alma pernah melihat tatapan sarat kekhawatiran seperti itu, dan orang yang selalu menatap dirinya khawatir adalah Saga.

Lagi-lagi Saga. Ya Allah, mau sampai kapan? Rintih Alma dalam hati.

Dokter menatap Alma, "Masih sakit?" Dokter bertanya seraya memegang pergelangan tangan Alma. Alma menjawb dengan gelengan pelan.

Dokter tersenyum setelah melihat kondisi Alma, lalu menatap pada Abi. "Ibu Alma besok sudah dapat dibawa pulang. Hanya saja, tangannya jangan sampai digunakan untuk kegiatan yang memberatkan. Benturan yang terjadi kemarin cukup keras."

"Terima kasih, Dok." Ucap Alma dan Abi hampir bersamaan.

"Apakah tidak ada perawatan lanjutan, Dok?" Dokter menghela napas lalu menggeleng pelan. "Cukup mengkonsumsi obat pereda nyeri jika sewaktu-waktu merasakan nyeri hebat."

Setelah dokter dan perawat keluar dari kamar inap, Abi menatap Alma. "Mau sarapan sekarang?"

Alma menggelengkan kepalanya. Abi mengerutkan kening. "Kenapa? Kamu belum minum obat lho. Apa mau dibeliin makanan di bawah?" Tawar Abi.

Alma menggeleng lagi. "Mas kan harus kerja."

"Hubungannya apa coba? Sekarang sarapan ya?" Alma akhirnya mengangguk. "Sarapan jatah itu aja." Abi mengiyakan.

"Alma mau makan sendiri aja." Alma berkata saat melihat Abi sudah menggulung lengan kemejanya, hendak menyuapi dirinya. Namun, lelaki itu seperti tidak mendengar.

Abi membuka mulutnya sendiri, memberi isyarat agar Alma mengikutinya. Alma menghembuskan napas keras. Alma menatap Abi yang telaten menyuapi dirinya.

"Tadi udah mandi?"

Alma mengangguk, lalu menelan makanannya sebelum menjawab. "Udah. Tadi ibu mampir ke sini sebentar, mau nyuapin sarapan keburu siang. Jadi Alma bilangnya nanti aja sarapan sendiri."

Abi gantian mengangguk. Kembali menyuapi Alma. "Dapat salam dari Papa sama Mama."

Alma mengerjap. "Bapak dan Ibu Gunawan?" Abi tertawa. "Iyalah, siapa lagi Papa Mamaku?"

"Waalaikumusalam." Jawab Alma sambil tersenyum. Dalam hati Alma malu, dapat salam dari pemilik sekolah itu rasanya campur aduk.

Alma menggelengkan kepalanya saat Abi menyodorkan kembali makanan. "Udah kenyang."

Abi mengangguk, lalu memberikan minuman pada Alma. "Sekalian minum obat ya?" Alma mengangguk dan meminum obatnya.

"Alma masuknya kapan ya, Mas? Nggak betah diem aja." Abi menatap Alma, lalu lelaki itu menyelipkan rambut Alma ke belakang telinga. "Memang sudah kangen sama sekolah?"

Cinta untuk Alma [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang