Kembalinya Sagara Basudewa membuat Almadena Anjani kembali merasakan gejolak perasaan yang ia kubur mati-matian selama ini. Sagara, cinta pertama Alma saat itu pernah menorehkan luka begitu dalam. Lelaki itu menikah dengan perempuan asing, dan hidup...
Alma terkejut saat melihat Abi berjalan ke arahnya sembari tersenyum. Wajahnya semakin merona saat beberapa guru langsung memberikan ruang kepada Abi untuk mendekat pada kekasihnya. Abi tetap tersenyum saat menarik lembut tangan Alma agar berdiri dan menempatkan Alma di sampingnya. Abi sengaja membuat Alma membelakangi pintu.
"Kapan undangannya, Pak Abi?" Abi tertawa mendengar pertanyaan dari salah satu guru itu. Dengan lembut Abi melingkarkan lengannya di pinggang Alma.
Lalu Abi menjawab dengan tenang. "Undangannya nanti pasti ada. Iya kan, Al?" Alma yang merona tampak mengangguk dan merapatkan wajahnya di bahu Abi. Alma semakin merona menyadari tatapan lembut Abi padanya.
Abi tersenyum dan mengelus lembut lengan Alma, lalu melanjutkan kalimatnya. "Doakan saja secepatnya. Kita juga sudah masuk pembicaraan untuk tahap itu. Insha Allah, akhir pekan ini, Alma akan saya ajak ke rumah Jogja. Biar semakin dekat sama orangtua saya."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alma terkejut dan mendongak menatap Abi yang sudah lebih dulu menatapnya. Lelaki itu tersenyum hingga pipinya berlekuk dalam. Tak dapat dipungkiri, jantung Alma berdetak keras. Bahkan baru kali ini ia merasakan jantungnya berdetak demikian kencang.
Semua bersorak dan mendoakan yang terbaik. Bahkan Mita berteriak bagai menggunakan toa, untung saja Luluk belum ada di ruangan itu. Jika mereka berdua berada di satu tempat yang sama, sudah dipastikan teriakan kehebohan akan semakin kencang.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saga mengetuk pintu kamar anaknya. Dengan perlahan Saga membuka dan menemukan anaknya tengah memainkan miniatur dinosaurus. Saga mengelus puncak kepala anaknya dan menciumnya dengan lembut dan lama.
"Anak Papa main apa?"
Enzi tertawa dan menoleh pada Saga. "Uwuuss..." Saga mengangguk dan membenarkan letak kacamata anaknya yang melorot. Saga mengambil sehelai tisu untuk mengusap dagu anaknya yang basah.
"Pa, oto..." Dahi Saga berkerut. "Apa, Nak?" Tangan mungil Enzi mengarah ke tas sekolahnya. Saga yang masih bingung beranjak dan mengambil tas anaknya.