LS : 11

3.2K 597 240
                                    

Irene menatap gemas seorang anak kecil berumur lima tahun jika ia tidak salah mengira, yang sedang duduk menunggu ibunya mengambil obat. Anak itu terlihat sangat menggemaskan memainkan robotnya seakan-akan ia masuk ke dalam dunia khayalannya.

Saat ini,  Irene sedang berada di rumah sakit. Ia juga sedang menunggu Donghae untuk mengambil obat alerginya yang sudah habis kemarin. Jika diingat, siang ini ia sebenarnya ia harus pergi ke kantor Sehun karena Tuan Oh menyuruhnya ke sana sekali-kali. Dan jika memungkinkan setelah mengambil obat ia akan ke sana hanya untuk berkunjung sebentar dan pulang.

Lagi pula Irene yakin Sehun tidak akan nyaman dengan keberadaannya di sana. Ia juga ke kantor Sehun hanya untuk menuruti ucapan calon mertuanya saja.

“Irene?” panggil Donghae membuat lamunannya berakhir dan berujung menatap Donghae yang berada di depannya.

Wae?”

“Ayo ke ruanganku sebentar,” kata Donghae terlihat serius dan itu membuat kerutan di kening Irene tercipta.

Kenapa? Apa yang ingin Donghae bicarakan padanya? Apakah ini sesuatu yang penting? Kenapa wajahnya terlihat marah? Irene jadi takut jika begini. Ia pun mengikuti Donghae dan masuk ke ruangan pria itu sebentar. Irene duduk di kursi yang sudah tersedia, sedang Donghae berada di depannya memandangannya dengan tatapan serius dan benar-benar terlihat seperti seorang dokter.

“Kenapa, oppa?” tanya Irene penasaran.

“Sejak kapan kau mengkonsumsi obat tidur?”

Irene membulatkan matanya dan langsung memeriksa tasnya. Obat tidurnya masih ada di dalam tas, lantas bagaimana Donghae bisa tahu oa mengonsumsi obat tidur?

Irene pun terlihat gugup, seperti seorang anak kecil yang disidang ayahnya. Dan wajah Donghae begitu membuatnya takut hingga kehilangan kata-katanya. Ia ingin menjelaskan namun ia khawatir Donghae menyalah artikan maksudnya mengonsumsi obat itu.

Oppa tahu dari —”

“Katakan saja! Aku bertanya kapan kau mulai mengkonsumsinya!” ucap Donghae sedikit ketus.

Irene tersentak dan menundukkan kepalanya. Napasnya diembuskan dengan perlahan sembari memainkan kuku jarinya karena kegugupannya itu. “Itu dari, eum — baru beberapa minggu kalau tidak salah,” ucapnya dengan suara kecil seakan takut jika ia mengatakannya dengan jelas Donghae akan meledak.

Meski memang tadi ia mengatakannya dengan jelas juga. Hanya tinggal menunggu reaksi pria Lee itu.

“Beberapa minggu katamu?! Beberapa minggu?!” kata Donghae membentak kemudian membuang napasnya kasar. Setidaknya ia harus menormalkan dulu emosinya sebelum berbicara karena Irene paling anti dengan yang namanya dibentak. Jadi Donghae memejamkan matanya lalu memijat pangkal hidungnya sambil menghitung sampai sepuluh agar ia kembali tenang.

“Irene, kau tahu efek samping dari obat tidur, hm?”

Irene menggigit bibir bawahnya lalu melirik Donghae sedikit kemudian menunduk lagi dan menggelengkan kepalanya. “Aku hanya minum karena tidak bisa tidur.”

“Jika kau terus mengkonsumsi obat tidur kau akan kecanduan, Irene. Apalagi kau mengkonsumsi obat tidur tanpa resep dokter! Obat tidur hanya boleh dikonsumsi maksimal sepuluh hari! Dan kau sudah melewati batas, ya Tuhan gadis ini!” Donghae hampir tersulut emosi lagi jika wajah memelas Irene tidak membuatnya berhenti.

Donghae membuang napasnya beberapa kali kemudian membuka telapak tangannya seperti meminta sesuatu. Irene menggigit bibir bawahnya saat tahu Donghae ingin mengambil obat tidur miliknya hingga ia akhirnya menggelengkan kepalanya memohon belas kasihan, namun Donghae yang sudah kesal langsung berdiri dan merebut tas Irene lalu mengeluarkan botol obat tidur Irene itu.

• Love Scenario   ✔ | Sudah Diterbitkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang