LS : 23

3K 524 248
                                    


Sehun mengetuk-ngetuk pahanya dengan jemarinya. Wajahnya benar-benar terlihat kecut saat pergi ke kantor. Sudah semalam ia tidak mendapat jatah dari Irene, kali ini ia harus melihat Baekhyun menertawainya dengan keras karena mendengar kisah tragisnya itu.

Sungguh kejadian yang memilukan. Ibaratnya sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sehun kesal, ini juga karena Nancy yang meracuni otak Irene hingga membuatnya tidak mau disentuh oleh Sehun. Rasanya benar-benar geram dan ingin meledakkan amarahnya yang sudah sampai di ubun-ubun.

“Diam!” bentaknya membuat Baekhyun akhirnya berhenti tertawa dan menghabiskan sisa-sisa tawanya dengan berdehem pelan.

Ia pun kembali duduk dengan baik di depan Sehun sambil melipat kedua tangannya seperti bocah yang sedang disidang oleh orang tuanya. Baekhyun hanya heran, pria sekeras Sehun bisa mengalah dengan seorang gadis, bahkan untuk kepuasannya sendiri? Ini benar-benar keajaiban. Baekhyun tidak pernah melihat Sehun semarana ini dalam hidupnya. Bahkan dulu ketika bertengkar dengan Sojung, ia masih terlihat seperti pria normal lainnya. Ia bekerja dengan baik tanpa terganggu pikirannya.

Namun ini? Karena Irene tak memberikannya jatah malamnya, ia merajuk seperti bocah yang tidak dibelikan permen. Wajahnya merengut sebal dan ia bahkan mogok kerja. Berkas yang Baekhyun berikan pun tidak mau ditandatangani olehnya.

“Sehun, sudahlah. Irene belum siap, kau harus pahami itu. Jangan memaksakan sesuatu yang gadis tidak sukai,” kata Baekhyun menghibur namun Sehun berdecak.

“Jika bukan karena Nancy, Irene tidak akan seperti itu. Nancy sudah meracuni pikiran istriku dengan berucap bahwa seorang pria akan sangat kasar di ranjang!” bentak Sehun membuat Baekhyun sedikit tertohok mendengarnya.

Jadi istrinya yang mengatakan itu pada Irene? Benar-benar jahil, mungkin setelah pulang kerja, Baekhyun akan menceramahinya di ranjang mereka.

“Beri waktu, Sehun. Dengar, seorang gadis akan menilai kita jika kita bisa sabar dan menunggu. Tidak memaksa dan mengikuti apa yang mereka inginkan.” Baekhyun tersenyum lalu menghela napasnya. “Sekarang bisa kau tandatangani berkasku? Aku membutuhkan persetujuanmu segera.”

Dengan hati yang masih dongkol, ia menandatangani berkas itu dengan kasar dan melemparnya begitu saja. Baekhyun pun tersenyum lalu berdiri dan keluar dari ruangan Sehun.

Sedang pria itu masih menunjukkan raut wajah kekesalannya dan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Hatinya masih panas dan keinginannya untuk menjewer telinga Nancy masih berkobar dalam hatinya.

◇◇◇

Sehun melepaskan dasinya dengan kasar. Wajahnya lelah, masih sama seperti di kantor. Hanya saja sedikit kusam dan berkeringat. Namun meski begitu, pria itu tetap tampan mempesona dan karismanya tidak pudar barang sedikit pun. Ia masih tetap menawan dan bisa meluluhkan siapapun yang melihatnya.

Saat ini, Sehun dan Irene sudah pindah ke sebuah rumah baru yang Sehun beli dari minggu yang lalu untuk ia tempati bersama Irene. Nyatanya gadis itu tidak betah di hotel dan ingin pulang saja ke rumah. Dan Sehun menurutinya, jadi mereka hanya semalam saja berada di hotel dan paginya keluar.

Untuk rencana honeymoon, sudah Sehun pertimbangkan. Ia sudah memesan tiket ke Canada untuk liburan mereka hanya tinggal memberitahukannya pada Irene saja. Kini ia tengah mencari keberadaan istrinya, dan nyatanya tidak sulit menemukannya karena Irene sedang sibuk di dapur untuk membuat makan malam. Sehun pun tersenyum, kemudian mendekati Irene dan memeluk gadis itu dari belakang.

Irene tersentak kaget dan hampir memukul wajah Sehun dengan pisau tajam yang ia gunakan untuk memotong bawang. Irene pun menghela napasnya dan membiarkan Sehun bermanja-manja di sana. Dibiarkannya Sehun menciumi lehernya meski ia merasa cukup geli dengan itu.

• Love Scenario   ✔ | Sudah Diterbitkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang