“Tunangan!”Kalimat itu sangat jelas di pendengan Irene. Ia tidak tuli dan ia tahu bahwa Sehun terdengar marah. Pula rengkuhan pinggangnya sedikit erat entah kenapa Sehun melakukannya. Yang jelas Irene menebak Sehun tidak suka Irene berinteraksi dengan Minseok. Padahal Minseok adalah kakak sepupunya, tapi pria ini belum lagi mendengar penjelasan, sudah mengatakan hal yang tidak-tidak. Lagi pula mereka belum resmi bertunangan, baru mau tapi belum.
“Lepaskan, Hun.” Irene memaksa tangan kekar pria itu untuk melepaskannya, namun Sehun tidak menggubrisnya dan malah makin merapatkan tubuhnya pada tubuh Irene.
Minseok yang melihat itu pun menahan tawanya, kemudian tersenyum pada Irene dengan wajah jahilnya. “Wah, dia posesif, ya? Tidak biasanya kau suka dengan yang posesif.” Minseok hendak mengacak surai Irene namun buru-buru ditahan oleh Sehun dengan matanya yang mendelik tajam.
“Sehun —” lirih Irene sedikit kesal karena nyatanya pria ini terlalu berlebihan. “Minseok oppa itu —”
“Kami sibuk. Jadi lebih baik kau pergi!” tegur Sehun sarkas membuat Irene melebarkan matanya. Rasanya ia kesal bukan main, namun untung saja Minseok tidak marah dan menyimpannya dalam hati. Terlihat wajah pria itu teduh dan juga mengumbar senyuman tampannya.
“Aku akan menghubungi oppa, hm?” kata Irene sebelum Sehun menariknya masuk ke dalam butik.
Irene baru saja ingin protes namun rengkuhan itu mendadak menjauh darinya dan tubuhnya terasa terhempas begitu saja. Ia memandang Sehun yang seakan sudah tidak peduli lagi. Sebenarnya apa maksud pria ini? Memangnya dia siapa berani memeluk tubuhnya?
Selama ini Sehun selalu memarahinya, membencinya, berprasangka buruk tentangnya, apa pun hal negatif selalu tertuju pada Irene. Dan ketika Irene tidak melakukan sesuatu yang salah, Sehun mendiaminya. Tapi ini keterlaluan, sifat Sehun yang tiba-tiba berlagak seperti seorang pacar yang melindungi kekasihnya dari pria lain membuatnya sedikit muak. Kenapa Sehun begitu?
“Sehun —” ucapnya membuat pria itu berbalik menatapnya dengan alis yang bertautan.
“Apa?”
“Minseok oppa itu —”
“Arghh! Kau membuatku kesal, Nona Bae! Jangan membicarakan pria itu di depanku!” katanya kesal dengan surai yang ia acak seakan pelampiasan frustasinya.
“Iya tapi dia sepupuku!” katanya ketus membuat Sehun mendadak diam dengan wajah melongo dan bingung untuk beberapa saat.
Ia ingin percaya. Namun, memang ada kakak sepupu yang bersifat mesra? Sehun rasa tidak. Ia memiliki sepupu namun mereka tidak dekat. Apa ini alibi Irene lagi?
“Usaha yang bagus. Cepat pilih bajunya dan pulang. Aku sudah muak berada di tempat ini,” katanya tanpa perasaan membuat Irene mengepalkan tangannya.
Tanpa sadar, bulir air matanya berjatuhan seperti titik hujan yang mengenai wajah cantiknya. Irene memang menghapusnya, namun rasanya ia tidak tahan berada di dekat Sehun. Ia mungkin akan tahan jika Sehun tidak banyak berbicara dan lebih banyak diam. Dari pada Sehun harus banyak bicara namun setiap perkataannya selalu menyakiti hatinya.
Irene mengalah. Ia lebih baik pergi dari sini dari pada berlama-lama dengan Sehun. Toh pria itu memang tidak menginginkannya. Jadi buat apa Irene bertahan bersama pria itu?
Blam!
Ia pun menutup pintu butik lagi setelah keluar dan itu membuat Sehun terkejut dan memutar tubuhnya untuk memeriksa gadis itu. Dan matanya membulat ketika melihat Irene keluar dari butik tersebut dengan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Love Scenario ✔ | Sudah Diterbitkan
FanfictionCompleted #1 Irene -- 23/02/2019 "Kami terjebak dalam waktu yang tidak tepat untuk jatuh cinta. Kami masih sama-sama egois untuk mengakui bahwa saling membutuhkan, sampai pada akhirnya salah satu dari kami harus pergi untuk mengakhirinya." --- Vange...