Brak!
Tuan Bae yang sedang meeting lantas melonjak kaget saat Irene datang dengan emosi sambil membanting pintu ruangannya dan alhasil hal itu membuat seluruh orang terkejut mendengarnya. Sang ayah pun menatap Irene heran, anak gadisnya datang dengan derai air mata yang hebat. Ada apa? Apa yang terjadi pada Putri cantiknya ini?
Tuan Bae lantas berdiri dari kursinya dan menyuruh sekretarisnya untuk melanjutkan meeting tersebut sedang ia langsung membawa Irene menuju ruangannya untuk menanyakan beberapa hal padanya, apa yang membuat Irene begitu sedih sampai seperti ini.
Setelah berada di ruangan ayahnya, Tuan Bae mendudukkan Irene di sofa empuk itu dan memberikan segelas air untuk anaknya. Irene menggenggam gelas itu tanpa berniat meminumnya. Rasanya bibirnya sulit terbuka meskipun tenggorokannya kering minta dibasahi.
“Ada apa, sayang? Kenapa kau menangis seperti ini?” tanya Tuan Bae sambil tangannya menghapus air mata Irene dengan lembut.
“Appa — Irene tidak mau hiks — menikah.” Gadis itu terisak dengan dada yang sesak seperti ditusuk berkali-kali.
“Sehun lagi?” tanya Tuan Bae dan Irene langsung menganggukkan kepalanya. Sontak Tuan Bae tersenyum dan membawa putrinya ke dalam pelukan hangat pria itu. Ia mengusap Puncak kepala Irene dan mengecup kening Irene.
“Sayang, percayalah jika ini hanya awalnya saja. Sehun hanya belum siap menikah itu saja yang membuatnya sedikit menjengkelkan. Appa juga seperti itu dulu. Eommamu bahkan hampir membatalkan pernikahan karena kesal pada ayah. Namun lihat? Kita bertahan sampai sekarang, karena eommamu mau memberi kesempatan.”
Irene tersenyum miris. Ya, jika itu ayahnya ia percaya. Namun Sehun? Pria itu bukan hanya menjengkelkan melainkan ia seperti seorang pria brengsek yang mencoba menghancurkan Irene step by step. Kesempatan? Bahkan Irene sampai takut memberikan kesempatan lagi, karena kesempatan pertama pun Sehun menganggapnya sebagai hal tidak penting dan malah mengingkarinya. Bagaimana dengan yang kedua? Ketiga?
Tidak. Sehun bukanlah pria yang serius untuk diajak berkomitmen tentang sebuah janji.
“Tapi Irene tidak bisa, appa. Sehun bukanlah pria yang tepat.”
“Irene sayang, dengarkan appa, hm? Sehun hanya belum bisa membuat dirinya nyaman di dekatmu. Jadi, kau harus bisa membuatnya nyaman lebih dulu. Buat dia sadar jika kau adalah gadis yang tepat, oke?”
Irene menggigit bibir bawahnya sambil mengeratkan pelukannya pada ayahnya. Tidak, ayahnya masih tidak mengerti maksudnya. Ia harus menjelaskan bagaimana lagi? Ia tidak mau menikah dengan pria yang sudah memiliki kekasih. Ia tidak mau menjadi perusahaan hubungan orang.
“Appa tidak mengerti perasaanku.”
↭
Irene sudah dua hari tidak keluar dari kamar, namun meski begitu ia tetap makan dengan baik. Hanya saja pelayan yang membawakan makanannya ke dalam kamar. Namun meski begitu, makanan yang Irene cicipi pun bisa dihitung dengan jari. Terkadang hanya lima sendok yang sedikit masuk ke dalam mulutnya.
Ternyata dua hari hidup dengan keadaan seperti ini membuat berat badannya turun sangat cepat. Ia terlihat lebih kurus sedikit. Dan wajahnya pucat seperti tidak memiliki semangat untuk menjalani kehidupannya.
Dan seperti saat ini, ketika pelayan membawakannya makanan, Irene memandangnya dengan enggan. Rasanya sudah tidak minat untuk makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Love Scenario ✔ | Sudah Diterbitkan
FanfictionCompleted #1 Irene -- 23/02/2019 "Kami terjebak dalam waktu yang tidak tepat untuk jatuh cinta. Kami masih sama-sama egois untuk mengakui bahwa saling membutuhkan, sampai pada akhirnya salah satu dari kami harus pergi untuk mengakhirinya." --- Vange...