LS : 29

2.7K 433 210
                                    


Dipersilahkan mengumpat :)

Ini memasuki minggu ke tiga pernikahan Sehun dan Irene. Anehnya, Irene belum juga mengandung meski kegiatan rutin yang mereka lakukan sudah begitu sering dijalani, pagi, siang, sore, malam, kegiatan itu terus Sehun lakukan demi membuat istrinya mengandung, namun belum juga menemukan titik terang.

Irene bahkan sudah makan buah, sayur yang mitosnya cepat untuk membuat hamil, namun buktinya? Mitos tetaplah mitos.  Dan karena itu, kadang Irene suka termenung sendiri, ia lebih murung dan pendiam. Beda dengan dulu di minggu awal pernikahan mereka, Irene nampak bahagia. Tapi mengetahui dirinya belum juga hamil, membuat hatinya sedikit pilu mengetahuinya. Kapan?

Malam ini pun, saat keduanya sedang menyantap makan malam bersama. Irene tidak banyak bicara dan hanya menunjukkan wajah sedih dan kecewa. Sehun tentu tidak suka dengan hal itu, maksudnya, yang ia dapatkan hanyalah wajah sedih istrinya. Ia juga ingin melihat Irene tersenyum.

Irene pun menyuapkan sendok terakhir nasi ke dalam mulutnya. Berbeda dengan Sehun yang malah sudah enggan menyentuh makanannya karena melihat wajah Irene yang selalu ditekuk.

Sehun pun membuang sendok dan garpunya membuat Irene tersentak kaget dan langsung menatap Sehun dengan wajah tertegun.

"Kenapa begini, Rene? Kau bahkan tidak pernah protes tentang anak awalnya. Tapi karena mendengar ucapan eommaku tentang cucu, sekarang wajahmu seperti ini! Aku tidak suka!" bentak Sehun dengan nada kecewanya.

Irene meremas kaosnya dengan menggigit bibir bawahnya sedikit. Air matanya hendak jatuh namun ia masih ingin menahannya, ia tidak memungkiri bahwa hatinya memang gampang tersinggung setelah mertua dan ibunya membahas tentang anak.

"Aku harus bagaimana, Sehun? Eomma selalu bertanya apa aku sudah hamil atau belum? Eommamu bahkan terlihat meragukan kesuburanku! Lalu, eommaku sendiri selalu bilang agar aku harus sering konsultasi ke dokter. Aku juga tertekan! Kau — kau gampang hanya mengatakan ini dan itu! Kau tidak pernah tahu bagaimana perasaanku!" Irene menumpahkan air matanya dengan sukses membuat Sehun akhirnya bungkam mendengar kekesalan hati Irene yang terungkap sudah setelah ia pendam cukup lama.

Irene mengusap air matanya sendiri dengan kasar dengan bibir yang dikerucutkan dan air matanya masih tetap mengalir deras. Hatinya sakit mendengar Sehun juga ikut menyalahkannya sekarang, kenapa semua orang begitu padanya? Menyalahkan Irene tanpa bertanya dulu bagaimana perasaannya? Ia selalu salah bertindak. Ia diam pun salah!

"Kau tidak paham bagaimana rasanya! Yang kau lakukan hanyalah meniduriku demi kepuasanmu saja! Tapi kau tidak tahu, jika setiap kita bercinta aku selalu berharap jika itu membuahkan hasil! Namun jujurlah padaku, Sehun! Kau bahkan tidak pernah mempedulikannya, kan?! Yang kau lakukan hanyalah untuk kesenanganmu saja! Aku muak!"

Prankk

Irene membanting piring makannya dengan keras dan berlari masuk ke kamar, setelah membanting pintu kamar itu cukup keras sehingga Sehun bisa mendengarnya dari meja makan. Sehun membuang napasnya teratur, kepalanya tiba-tiba ikut pening dan kali ini amarahnya tertuju pada kedua wanita yang selalu mengganggu istrinya dengan perihal anak. Gara-gara ibu dan mertuanya, istrinya menjadi pemarah dan sedih.

Tapi Irene salah, jika Irene bilang setiap mereka bercinta Sehun tidak pernah memikirkan seorang anak, Irene salah besar karena setiap kali mereka melakukannya, Sehun selalu berharap usahanya membuahkan hasil yang baik. Membuat Irene bahagia adalah tujuan hidupnya, memang Irene tidak salah sepenuhnya jika bilang untuk kepuasan Sehun. Benar, Sehun memang butuh kepuasan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.

Menurut Sehun tidak ada yang salah dari itu. Irene seperti ini hanya karena tuntutan ibu mereka tentang cucu. Padahal mereka juga menikah baru tiga minggu, masih terbilang baru, tapi Irene sudah dituntut untuk hamil sesegera mungkin.

• Love Scenario   ✔ | Sudah Diterbitkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang