LS : 5

3.1K 554 136
                                    


Sehun menarik napasnya dalam sebelum akhirnya menatap arlojinya. Ia tepat waktu kali ini, tidak lupa di tangannya memegang sebuah buket bunga cantik yang ia beli dari toko bunga lain, bukan toko bunga Sojung, tapi toko bunga yang lain. Bisa mati ia kalau membeli bunga di toko kekasihnya namun ternyata bukan untuknya melainkan untuk gadis lain.

Hah, jika bukan karena ayahnya,  ia tidak akan sudi menginjakkan kaki di kediaman Tuan Bae untuk menemui putrinya. Memang, Sehun berniat menuruti perkataan ayahnya dengan mengajak Irene berkencan selama seminggu hanya untuk permintaan maafnya. Dan setelah seminggu itu, ia berjanji tidak akan bertemu dan ia akan memastikan bahwa hubungannya dan Irene akan benar-benar berakhir.

Dan kali ini, biarlah ayahnya senang dengan Sehun yang lagi-lagi mentaati perintah ayahnya.

Teng nong

Sehun membunyikan bel pada pintu rumah itu, dan selama dua kali ia membunyikan belnya, pintu rumah akhirnya terbuka dan seorang pria dengan jas hitam yang sangat formal tengah menyambutnya dengan sopan dan ramah. Hingga Sehun pun harus memasang wajah pura-puranya agar semua usahanya hari ini berjalan dengan baik.

Ingat Sehun, bersikap baik selama seminggu dan lepaskan dirimu dari kutukan ini.

“Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya kepala pelayan itu pada Sehun dan pria Oh tersebut mengangguk dengan jujur.

“Irene. Aku di sini untuk bertemu dengannya,” ucap Sehun sambil mengulun senyumannya. Padahal aslinya ia hampir muntah.

“Ah, nona Irene sedang menunggangi kuda di belakang. Mau saya antar, Tuan?”

“Ah, tentu saja.” Sehun mengiyakan dan kemudian mengikuti pelayan itu menuju halaman belakang rumah Tuan Bae yang nyatanya sangat luas hingga ia memiliki lapangan sendiri untuk berlatih kuda.

Ah, ia juga bisa melihat gadis Bae itu menunggangi kuda berwarna putihnya dan berkeliling lapangan dengan hebatnya, padahal ia kemarin baru saja sakit, namun sudah selincah ini. Irene memang luar biasa jika dilihat, ia mempesona, dan nyaris sempurna. Patut Sehun akui ia tidak memiliki cacat sedikit pun, namun meski demikian hatinya tidak bisa terpaut padanya. Hanya Sojunglah yang ia cintai sampai kapan pun dan Sehun tidak berniat untuk meninggalkannya.

Irene hanyalah tuntutan bisnis saja, dan Sehun yakin jika ia menolak denga keras, ayah dan ibunya tidak akan menolaknya lagi. Ya, hanya seminggu ini ia akan membuat orang tuanya bahagia.

“Nona Irene sangat suka olahraga kuda. Dari kecil, Tuan Bae selalu mengajarkannya cara menunggangi kuda, karena itu Nona Irene tidak pernah melewatkan latihannya.” Kepala pelayan itu menjelaskan dengan seksama pada Sehun, padahal Sehun sama sekali tidak ingin tahu kesukaan gadis itu.

Ia disini hanya tuntutan. Ingat? TUNTUTAN!

Namun sayangnya Sehun harus pura-pura bahagia mendengarnya agar ia bisa melewati ujian ini dengan selamat sentosa.

“Berapa lama ia berlatih? Apa aku datang di saat yang tidak tepat?” tanya Sehun membuat kepala pelayan itu menatap Sehun dengan senyuman kecilnya.

Apa hanya Sehun di sini yang merasa tidak nyaman dengan tatapan kepala pelayan? Seakan ia sudah mengenal Sehun dan bersikap akrab dengannya.

“Lihat, Nona Irene sudah selesai.”

Sehun menatap wajah Irene yang baru saja turun dari kuda putihnya. Ia melepaskan helm dan menarik kudanya untuk dimasukkan ke kandang. Dan bisa Sehun lihat betapa terkejutnya ia melihat kehadiran Sehun di rumahnya. Tidak pernah ia bayangkan Sehun akan datang dan menemuinya secara langsung seperti ini. Ada apa? Apa yang ingin Sehun lakukan di sini?

• Love Scenario   ✔ | Sudah Diterbitkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang