Seorang dokter memasangkan oksigen untuk Irene karena gadis itu kesulitan bernapas. Wajahnya pucat pasi dan hampir sekarat jika ia tidak dibawa segera ke rumah sakit.Dan perlahan-lahan, akhirnya Irene bisa bernapas dengan normal setelah sang dokter menyuntikkan obat dan memberikan pertolongan pertama. Bintik-bintik merah di tubuh Irene pun sudah mulai menghilang dan napas gadis cantik itu mulai berangsur normal kembali.
Irene hampir mati tadi. Ketika ia pingsan, semua orang terkejut dan mencoba menghubungi ambulans, namun karena rumah sakit yang agak jauh, butuh waktu lama untuk sampai ke restoran. Pengunjung yang lain sudah panik ketika bibir Irene sedikit membiru entah efek alerginya atau bukan. Yang jelas wajah gadis itu seperti mayat dengan bintik-bintik yang memenuhi wajahnya. Namun beruntung, Irene bisa bernapas normal seperti sedia kala.
Butuh beberapa menit hingga akhirnya matanya benar-benar terbuka jelas dan menyadari jika di sampingnya ada seorang dokter yang menemaninya. Irene memejamkan matanya sesaat, kemudian menoleh lagi ke samping dan melihat sang dokter yang duduk menatapnya tajam dan horor.
"Aku bilang apa tentang menyentuh seafood, hah?!" bentaknya membuat Irene hanya diam tanpa respon apapun.
"Kau menelepon ayahku?" tanya Irene dengan suara parau.
"Belum, tapi akan kulakukan!" katanya masih dengan vokal yang tinggi.
Irene menarik napasnya kemudian membuangnya perlahan. "Jangan, oppa," kata Irene melarang.
"Jika kau terlambat di bawa ke sini kau bisa mati tahu!"
"Tapi kan belum," jawabnya santai membuat dokter pria di sampingnya hampir murka pada Irene.
Lantas, dokter dengan name tag Lee Donghae itu pun mengusap wajahnya kasar dan memandang Irene dengan tidak paham. Sebenarnya apa yang Irene pikirkan? Donghae tidak bisa menebaknya. Gadis ini selalu penuh dengan kejutan.
"Bisa oppa teleponkan nomor ini?" pinta Irene sambil memberikan ponselnya yang sudah tertera nomor Sehun di dalamnya.
"Siapa dia?" tanya Donghae masih memasang wajah ketusnya, namun malah terlihat lucu dan menggemaskan oleh Irene.
"Hm - aku juga tidak yakin siapa dia, tapi - bilang saja aku ada di rumah sakit. Setelah itu -"
"Tahan dulu permintaanmu itu, Nona Irene! Kau menyuruhku menelepon orang asing? Ya!" bentak Donghae yang juga hampir menyentil keningnya namun Irene buru-buru menutupnya dengan telapak tangannya.
Donghae mengembuskan napasnya lalu merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya. "Siapa pun dia aku tidak peduli. Ayahmu harus tahu!" sergah Donghae lalu keluar dari sana meninggalkan Irene.
Gadis itu hanya bisa menatap kepergian Donghae dengan pasrah. Kepalanya masih sedikit pening namun lebih baik dari sebelumnya. Dan sekarang, bagaimana ini? Ia harus menjelaskan apa jika ditanya?
Irene pun memejamkan matanya barang semenit lalu membukanya kembali dan meraih ponselnya sambil menatap kontak nama Sehun yang Tuan Oh berikan pada Irene kemarin. Haruskah Irene menelepon Sehun sekarang? Ataukah tidak?
↭
Dua pria paruh baya yang berbeda marga itu segera berlari cepat menuju kamar Irene. Tidak lupa kedua istri masing-masing yang berjalan di belakang mereka. Setelah Tuan Bae mendapat telepon dari rumah sakit, Tuan Bae segera menelepon Tuan Oh jika Irene ada di rumah sakit. Alhasil, kedua ayah ini langsung menuju rumah sakit untuk menemui Irene.
Dan setelah menemukan ruangan putri Tuan Bae itu, mereka segera membukanya dan kemudian masuk ke dalam. Mata mereka pun menangkap gadis cantik itu sedang duduk manis sambil menikmati buah mangganya yang baru saja dikupaskan oleh seorang suster. Irene yang melihat kamarnya penuh dengan orang-orang tua ini hanya bisa memasang wajah tersenyum nya meski wajahnya masih sangat pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Love Scenario ✔ | Sudah Diterbitkan
FanfictionCompleted #1 Irene -- 23/02/2019 "Kami terjebak dalam waktu yang tidak tepat untuk jatuh cinta. Kami masih sama-sama egois untuk mengakui bahwa saling membutuhkan, sampai pada akhirnya salah satu dari kami harus pergi untuk mengakhirinya." --- Vange...