LS : 15

3.3K 593 360
                                    


Sehun menetralkan napasnya saat kakinya berdiri di depan pintu apartemen Sojung. Memang, menurutnya gadis itu terlalu baik ketika kemarin Sehun datang dan meminta maaf tentang kejadian di bioskop. Dan nyatanya Sojung memaafkannya bahkan tidak mendendam sedikit pun. Sehun sampai bingung hingga ia membandingkannya dengan Irene. Menurutnya, Sojung adalah gadis pengertian yang tidak mudah marah dan menerima semuanya dengan logika. Namun Irene? Menurut Sehun Irene sedikit berlebihan dan menuntut Sehun ini dan itu.

Irene tidak sabaran, sedangkan gadisnya penuh kesabaran bahkan mau menerima Sehun yang notabene sudah dijodohkan.

Sehun berpikir, di mana lagi ia menemukan gadis seperti Sojung jika bukan gadisnya itu? Ia memang sempang oleng, hatinya sempat berlari jauh dari rumahnya, namun ketika memikirkannya dua hari penuh, Sehun merasa ia semakin berat melupakan Sojung. Semua yang ia lakukan hanyalah membuat hatinya sakit saat mencoba melepaskan Sojung demi Irene gadis yang bahkan baru ia kenal beberapa minggu.

Ia sudah mengenal Sojung selama empat tahun. Sedang Irene hanya beberapa minggu, Sehun akan bodoh jika melepaskan gadis sesempurna Sojung hanya untuk Irene yang bahkan belum benar-benar singgah di hatinya melainkan hanya pelampiasan sementara.

Teng nong

Dengan gugup, Sehun menekan bel apartemen itu hingga beberapa detik kemudian, gadis dengan dres polkadot tersebut menyambut Sehun dengan senyuman. Sojung dengan bahagianya memeluk leher Sehun dan mencium bibir prianya dengan sayang.

“Kau terlihat lelah. Sudah makan?” tanya Sojung dan Sehun menggelengkan kepalanya.

Memang, sejak dari kantor ia belum menyentuh makanan apa pun.

“Pas sekali! Aku baru saja masak. Ayo makan bersama, sayang.” Dengan manja, Sojung bergelayut di lengan Sehun dan pria itu menganggukkan kepalanya.

Sojung mempersilahkan Sehun duduk di kursi makannya kemudian menghidangkan beberapa sajian makanan yang sudah ia siapkan untuk Sehun secara sengaja. Sehun pun menatap deretan makanan itu dengan lapar dan tidak sabar ingin menyantapnya. Sebenarnya, jika Sehun boleh jujur, Sojung bukan pemasak yang handal. Makanannya tidak termasuk dalam tahap enak, hanya saja masih pantas untuk dimakan.

Sehun pun tersenyum kemudian mengambil sepotong udang dan menyuapkannya ke dalam mulut sambil memandang Sojung yang memandanginya dengan senang.

“Enak?” tanya Sojung dan Sehun mengangguk dua kali.

“Makan yang banyak, sayang.” Sojung menghela napasnya kemudian berdiri dan menyibukkan dirinya untuk membersihkan meja dapurnya yang sedikit berantakan.

Sehun akhirnya memakai kesempatan itu untuk memandangi Sojung dari belakang dengan sendu. Andai saja Sojung adalah calon istrinya, hatinya tidak mungkin bercabang seperti ini. Jika saja Sojung adalah pilihan orang tuanya, maka ia tidak akan berada di posisi yang serba salah.

Sehun pun berdiri kemudian mendekat pada Sojung dan memeluk perut rampig Sojung dengan sayang. Ia meletakkan dagunya di atas pundak Sojung dan membuang napasnya dengan teratur.

“Sehun?”

“Aku akan menikah.” Sehun bermonolog dengan suara lirih yang membuat hati Sojung tiba-tiba tertohok mendengarnya. “Namun — aku tidak mau melepaskanmu. Apa aku pria brengsek, Sojung?” tanya Sehun, dan Sojung segera memutar tubuhnya dan menatap Sehun dengan lekat.

Gadis itu menggelengkan kepalanya lalu menangkup pipi Sehun dan tersenyum. “Aku akan selalu ada untukmu. Meski kau akan menjadi milik orang lain, namun aku akan tetap bersamamu. Karena aku yakin kau hanya mencintaiku. Iya, kan?” tanya Sojung dengan matanya yang ikut tersenyum seakan membuat hati Sehun lega melihatnya.

• Love Scenario   ✔ | Sudah Diterbitkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang