LS : 19

3.9K 554 245
                                    


Sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara itu nyatanya tidak menyadari jika waktu sudah siang. Matahari sudah mulai naik dan alarm yang berasal dari ponsel Sehun pun sudah tidak terdengar lagi. Ibaratnya ia sudah lelah berdering karena keduanya pun tidak merespon apapun.

Kedua kaki telanjang mereka saling bergesakkan, seakan mencari kehangatan. Tangan kekar pria itu semakin memeluk erat perut ramping dari sang wanita. Keduanya masih sangat mengantuk setelah semalam menghabiskan waktu berenang cukup lama hingga sang gadis kedinginan, sampai-sampai mereka menggunakan kegiatan berciuman untuk menghangatkan tubuh.

Sehun sebenarnya sudah menghampiri kesadarannya lebih dulu. Namun melihat Irene masih tidur, ia jadi malas bangun dan lebih suka berpelukan seperti ini. Ia juga sengaja tidak mengangkat telepon dari Baekhyun yang sebenarnya sudah menunggunya di lobi.

Sehun masih ingin berlama-lama memeluk gadis ini. Gadis yang semalam sudah ia hak patenkan.

Tidak lama kemudian, gadis itu pun menyadarkan dirinya dengan membuka mata lebih dulu. Tangan erat yang memeluknya sedikit membuatnya kesulitan bergerak. Dengan sadar ia mengusap tangan Sehun yang memeluknya membuat sang pria yang sadar langsung mengembangkan senyumannya dengan lebar.

“Selamat pagi,” bisik Sehun kemudian mencium pipi Irene dengan lembut.

Irene tidak menjawab, membuat Sehun sedikit kecewa hingga akhirnya ia melonggarkan pelukannya sedikit. Irene yang merasakan jika pria itu agaknya menjauh langsung memutar posisinya menghadap Sehun unyuk mempertemukan kedua mata mereka.

Irene menatap pria itu, menikmati seberapa nyata pria yang sedang tidur di sisinya ini. Pria yang semalam menciumnya begitu hebat membuatnya masih bisa merasakan lumatan pria itu di sekitar bibirnya. Pria yang membuat bulu kuduknya berdiri karena nafsunya.

“Ini jam berapa?”

“Hampir jam sembilan.” Sehun menyisir anak rambut Irene ke belakang telinga gadis itu.

Irene mengangguk paham, lalu berucap kembali, “kau tidak bekerja?”

“Harusnya sekarang.”

“Apa kita akan begini terus sampai siang?” tanya Irene dengan wajah polosnya.

Sehun mengulum senyumannya untuk kesekian kalinya lalu berkata, “hanya jika kau menginginkannya.”

“Tidak.” Gadis itu menggeleng lalu melepaskan pelukan Sehun dari perutnya dan hendak turun dari ranjang itu.

Namun baru saja kakinya menyentuh lantai, tangan besar Sehun langsung meraih pinggangnya dan menariknya terjatuh hingga membentur dada bidang Sehun. Kini keduanya sedang duduk dengan posisi Irene membelakangi Sehun, dengan punggungnya yang menempel pada dada sang pria.

Irene menelan salivanya gugup, apalagi saat tangan Sehun mengusap lengannya dari bawa ke atas, dan ia melakukannya berulang kali dengan gerakan yang sama. Napasnya otomatis tercekat, bibirnya keluh seakan tidak sanggup bersuara. Debaran jantungnya menggila, dan Irene yakin Sehun mampu mendengarnya.

“Untuk pertama kalinya, aku tidur nyenyak tadi malam,” ujarnya tepat di telinga kiri Irene sambil mengendus bagian leher gadisnya dengan perlahan.

“Sehun — lepaskan!” kata Irene sambil meremas tangannya sendiri.

“Jangan di telinga, aku mohon —”

• Love Scenario   ✔ | Sudah Diterbitkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang