LS : 20

3.5K 556 234
                                    


Sehun menatap gadis yang menikmati sarapan paginya dengan tenang tanpa berpikir atau merasa jika semalam ia sudah mengganggu singa tidur. Gadis itu nampak biasa saja tanpa raut wajah bersalah. Sehun bahkan tidak bisa menikmati makanannya karena terperangah dengan gadis ini.

Memang semalam ia merasa Irene mabuk berat, padahal ia hanya minum sati botol setengah. Ya, Irene peminum yang buruk. Atau mungkin ia tidak kuat minum namun memaksakannya?

Entahlah, Sehun banyak terkejut dengan tingkah gadis ini.

Sehun pun mengusap bibirnya lalu melipat tangannya di atas meja setelah menggeser sarapannya sedikit ke tengah meja. Ditatapnya Irene yang kini ikut menatapnya juga. Sehun kemudian menaikkan alisnya seakan menuntut penjelasan dari bibir Irene namun gadis itu hanya memandangnya polos seakan tidak paham dengan maksud Sehun.

“Apa?” tanya Irene mengedipkan matanya.

Sehun berdecak kemudian memandangnya serius. “Kau tidak ingat semalam?”

Irene memutar ingatannya pada kemarin malam. Berusaha mengingat kejadian apa yang ia alami bersama Sehun sampai Sehun menuntutnya pagi ini. Namun sia-sia saja karena apapun yang Irene coba ingat tidak bisa terputar baik di kepalanya. Hanya gelap dan kabut. Ia hanya ingat semalam ia tertidur karena mengantuk. Hanya itu, kan? Memangnya ada lagi?

“Semalam aku tidur?” kata Irene sedikit ragu dan Sehun membuang napasnya lalu menggeleng pasrah.

Ia menyerah. Gadis itu tidak mengingat apapun tentang semalam. Sehun hanya membuang tenaganya dan berharap Irene memahami situasi saat ini.

“Ani, bukam apa-apa. Lebih baik kau tidak mengingatnya karena kau pasti tidak akan bisa menatapku lagi,” ucap Sehun melanjutkan sarapannya yang sempat ia tunda sebentar.

Irene menggigit bibirnya dengan wajah bingung. Ia tidak ingat apapun, memang semalam ia minum, namun ia tidak merasa melakukan sesuatu yang memalukan. Dan saking memikirkannya begitu keras, Irene langsung meremas rambutnya sendiri sambil memukul-mukul kepalanya berharap kejadian tadi malam bisa ia putar kembali pada memorinya.

Sehun yang melihat itu pun menahan tangan Irene dan mengecupnya singkat. “Bukan apa-apa, sayang. Lanjutkan makanmu.”

Irene mengerucutkan bibirnya dan memasang wajah cemberutnya. “Aku melakukan apa, Sehun? Katakan! Jangan buat aku penasaran!” katanya mendesak sambil mengguncang lengan Sehun tidak sabaran.

“Tidak terjadi apa-apa. Kau hanya ketiduran di sofa setelah minum.”

“Benar? Sehun tidak bohong?”

“Tidak.” Sehun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Ya, biarlah hanya dia yang menyimpan kejadian semalam seorang diri, jangan Irene karena ia yakin gadis itu akan malu jika mengetahui bagaimana tingkahnya saat mabuk kemarin. Sehun sendiri merasa Iremw sungguh liar dan menggemaskan di saat yang bersamaan.

“Oh ya! Bagaimana dengan Sojung? Dia baik-baik saja?” tanya Irene khawatir dengan nada cemas. Ia takut Sojung akan sangat sakit hati, ia tidak mau Sojung menganggap dirinya merebut Sehun.

Demi Tuhan, bahkan Irene tidak pernah mau Sehun membagi cintanya. Ia rela jika Sehun memilih Sojung meski ia yang tersakiti. Namun jangan sekali-kali menganggapnya sebagai perebut. Irene tidak serendah itu. Dia bukan gadis perusak hubungan orang lain.

• Love Scenario   ✔ | Sudah Diterbitkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang