Papa

5.6K 452 8
                                    

Sehun tak pernah mengira semuanya akan jadi begini. Sebuah keluarga utuh yg ia impi-impikan berakhir menjadi seperti ini. Bukan, bukan ia yg menginginkan. Bisa dikatakan kedaan lah yg membuat semuanya menjadi begini. Yg selalu ia sesalkan ialah ia belum bisa menjadi orang tua yg baik yg tentunya selalu kedua puterinya harapkan.



"Pa, kenapa adek diajak kesini? Kok kita bawa koper sih? Bawa baju juga, emang buat apa?"

Sehun tak tahu harus mulai dari mana menjelaskan pada puteri kecilnya itu. Mata polos berbinar itu membuat lidahnya seakan kelu. Harus bagaimana ia menjelaskan semuanya?

"Papa?"

Tangan besar Sehun menyentuh kedua bahu puteri bungsunya itu, berlutut dihadapannya.
"Sayang, mulai dari sekarang kita tinggal disini yah..."

Xiyeon kecil memiringkan kepalanya tidak mengerti, "Kenapa? Kok kita tinggal disini? Terus Mama sama Kakak gimana?"

Sehun meneguk liurnya, berdehem pelan. Ia berusaha berpikir keras untuk memberi tahu apa yg tengah terjadi kini diantara mereka.
"Ngga, sayang. Kita tinggal disini berdua. Ngga sama Mama, ngga sama Kakak. Cuman kita berdua."

"Kok gitu?"

Sehun menghela nafas, "Papa sama Mama ngga bisa hidup bareng lagi. Kakak ikut Mama terus Adek sama Papa."

Kedua sudut bibir milik Xiyeon tertekuk kebawah, "Papa sama Mama lagi berantem ya?", tebaknya. "Papa sama Mama harus baikan! Adek ngga mau pisah sama Mama sama Kakak! Adek maunya kita tinggal bareng-bareng!", lanjutnya yg terdengar setengah berteriak.

Ini lebih kompleks dari pertengkaran biasa. Tapi, percuma mengatakan itu pada gadis berusia 7 tahun. Tidak akan ada hasilnya.

"Pa, ayo pulang!", ajak Xiyeon menyentuh bahu lebar Sehun.

Tidak ada reaksi dari Sehun, ia tak bergeming. Hanya memandang puteri kecilnya yg cantik itu.

"Nanti Kakak sama Mama nyariin loh!"

Sehun menggeleng, "Ngga, nak. Kita tinggal disini sekarang & seterusnya. Maafin Papa sama Mama ya..."

Pupil milik Xiyeon terlihat bergetar, diiringi dengan keluarnya bulir bening dari manik kecilnya.
"Ngga mau, Adek mau pulang! Ayo pulang, Pa!", ajaknya menarik kaos yg kini tengah dikenakan oleh Sehun, Papanya.

Tangan Sehun menarik tubuh kecil puterinya, merengkuhnya dalam pelukan miliknya. Ia sangat paham kalau ini semua akan sulit. Sementara pelukannya semakin mengerat, ia terus membisikkan kata maaf pada Xiyeon, puterinya yg ia kecewakan.



"Pa?"

"Hmm?"

Xiyeon dengan keripik kentangnya yg masih penuh datang lalu duduk disamping Sehun. Ia baru saja selesai belajar.
"Adek liat nih ya, Papa kok ngelamun sih?"

"Siapa yg ngelamun? Ngga. Papa lagi mikirin kerjaan!", bela Sehun.

Xiyeon acuh. Ia lebih fokus pada cemilan favoritnya itu. Singlet hitam, hotpans biru langit serta rambut yg dicepol. Begitulah keadaan Xiyeon sekarang, gadis yg kemarin baru berulang tahun ke 16.

"Adek laper ngga?"

Dengan mulut yg hampir penuh Xiyeon menoleh sekilas lalu mengangguk, "Bwangwet, Pwa!"

"Kamu tuh ngomong apa sih? Dikunyah terus ditelen dulu itu baru ngomong."

Yg ada Xiyeon hanya nyengir.

"Yaudah, Papa bikinin makanan dulu!", ucap Sehun diiringi bangun dari sofa ruang tengah apartemennya.

"Ywang bwanywak ywa, Pwa..."

"Awas keselek!"

Tidak lama kemudian, "Uhukk uhukk uhuukkk!!"

"Tuh kan..."





Oh ya, yg aing Italic itu berarti bisa dikatakan flashback ya. Biar ga bingung ok? 😊
Vote & commentnya ya, gamsah~~

𝘾𝙇𝘽𝙆 (𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙇𝙖𝙢𝙖 𝘽𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙆𝙚𝙡𝙖𝙧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang