Mama

4.1K 419 4
                                    

Hidup tanpa seorang suami Irene masih bisa. Hanya saja, ia seperti tak sanggup jauh dari puteri bungsunya yg kini tak tinggal bersamanya lagi. Pada awalnya semuanya menjadi sulit. Tapi, ini adalah kesepakatan yg telah mereka setujui bersama. Berpisah seperti ini saja telah menunjukkan keegoisan mereka, katakan saja begitu. Karena konflik batin diantara mereka kedua puteri mereka yg harus menjadi korban. Ya, Irene sama sekali tidak keberatan jika seseorang menyebut dirinya adalah orang tua yg egois & jahat. Ia pantas mendapatkan sebutan seperti itu.



Mata Irene terbuka sebelum alarm pada bekernya berbunyi. Kira-kira masih ada 30 menit lagi. Ia memutuskan untuk bangun. Masih diatas ranjang, ia terdiam sejenak. Biasanya jika begini, puteri kecilnya akan berlari kekamarnya membuat keributan untuk membangunkannya dgn Sehun, mantan suaminya. Xiyeon, puteri bungsunya yg terlahir begitu aktif itu akan selalu menjadi bekernya. Namun, yg ia miliki kini hanyalah beker yg bertengger manis di nakas samping ranjangnya. Irene selalu merindukan teriakan manis bocah itu.

"Mama, Papa!! Ayo bangun!! Ahahaha!!"

Irene tersenyum samar mengingat kata-kata yg tak pernah absen dikatakan oleh puterinya itu. Sambil naik keranjang lalu lompat-lompat seperti sedang berada di trampolin lalu berakhir dgn adu gulat bersama dengan Sehun.

"Mama?"

Lamunan Irene buyar. Ia menoleh kearah samping. Tempat dimana puteri sulungnya berbaring. Ya, mereka berdua tidur bersama karena si sulung tidak ingin Mamanya merasa kesepian.

Kakak. Begitulah biasanya Irene memanggil gadis yg masih berusia 12 tahun itu. Namanya Eunbi.
Eunbi mengucek matanya lalu ikut bangun dari tidur. Keadaan diluar sana masih gelap.
"Jam berapa sih, Ma?"

Irene tersenyum hangat, "Masih jam 4 pagi, Kak. Kakak kok ikut bangun sih?", tanyanya seraya mengusap lembut rambut Eunbi.

𝘾𝙇𝘽𝙆 (𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙇𝙖𝙢𝙖 𝘽𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙆𝙚𝙡𝙖𝙧) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang