(21) Goodbye, Joonie

780 41 0
                                    

Namjoon POV

"Namjoon.." suara lembut itu mengagetkanku. Aku tahu pemilik suara itu.

"Ne, Eomma?" tanyaku saat Eomma sedang memasuki kamarku. Ini sudah jam 10 malam, tapi aku masih sibuk membaca berkas-berkas dan juga packing. Sebab esok, aku akan meninggalkan korea.

"Tidurlah. Eomma saja yg membereskan barang-barangmu."

"Tidak usah. Aku bisa sendiri.." jawabku. Aku harap Eomma bisa keluar kamarku dan tidur. Aku tidak suka melihat Eomma masih terbangun malam-malam begini. Tapi nyatanya, Eomma malah duduk di kasurku.

"Aku sangat bangga padamu, Joonie." ucap Eomma. Aku tersenyum mendengarnya.

'Joonie' adalah panggilan yg Baeji berikan padaku. Dan sejak Eomma mendengarnya, dia juga sering memanggilku dengan panggilan itu.

"Eomma tahu bahwa ini keputusan yg berat. Tapi, kau menerimanya. Kau seperti bukan anakku yg biasa. Namjoon yg Eomma kenal, selalu menolak jika ia memang berpikir keputusan itu tidak cocok dan akan berdampak padanya." jelas Eomma.

"Aku sudah besar sekarang. Aku paham bahwa ini semua bersangkutan dengan bisnis keluarga. Dan kalaupun aku boleh menolak, aku pasti akan dipaksa sampai akhirnya aku menerimanya." jawabku sambil terkekeh remeh.

"Kau benar-benar berubah. Dan Eomma suka dengan perubahan ini."

"Aku belajar dari Baeji.." gumamku. Eomma mendengarnya.

"Dia memang wanita yg tepat bagimu. Tapi sayang, dia sudah menikah.." ucap Eomma. Dari semua orang yg tahu dengan hubunganku dengan Baeji dulu, Eommaku sepertinya orang yg sangat mendukung kami berdua.

"Dia juga tidak setuju awalnya. Tapi, sekarang dia lebih bahagia dengan Yoongi-hyung daripada dengan ku." jelasku.
"Aku pikir, mungkin aku harus mencontohnya. Siapa tahu? Mungkin aku bisa bahagia dengan Suran-noona." lanjut ku.

"Eomma yakin dengan itu. Dah, ayo tidur." ucap Eomma. Aku mengangguk dan segera beranjak ke tempat tidurku.








Besok akan menjadi hari yg panjang.










Baeji POV

"Eum.. Huh?" aku terbangun dengan suara hpku. Itu Namjoon. Padahal ini jam 11 malam.

"Yeoboseyo..?" sapaku dengan suara bangun tidur.

"Baeji-ah.. Maaf aku membangunkan mu. Tapi ini penting."

"Gpp, apa yg terjadi?"

"Besok pagi aku akan berangkat ke Amerika.."

"Mwo?!"

"Ne. Jam 5."

"Kenapa.. Harus sekarang? Hiks.."

"Baeji.. Jangan menangis.."

"Waktu berjalan terlalu cepat, Namjoon-ah! Aku tidak siap! Hiks.."

"Shh.. Memang ini kenyataannya.."

"Arraseo.. Aku akan tanya Yoongi. Apa yg lain akan kesana?"

"Ne. Terima kasih, Baeji-ah. Dan tolong jangan menangis lagi. Aku tidak enak."

"Tenanglah. Aku sudah tidak menangis lagi."

"Bagus. Aku harus tidur. Eomma akan marah. Anyyeong"

"Annyeong."

Pip

Aku mencoba kembali tidur. Tapi tidak bisa.

"Oppa.." bisikku. Yoongi tidak bergerak.

"Oppa..! Fiuhhh" bisikku lagi. Kali ini sambil meniup telinganya, alias weak spot-nya.

"Aish.. Mwo?" tanyanya dengan mata tertutup.

"Peluk aku." ucapku. Tanpa aba-aba, dia langsung menarikku. Aku menyukai pelukan ini. Walaupun ini pelukan terpaksa, aku tetap menyukainya.

"Kenapa kau terbangun?" tanya Yoongi.

"Ah, ani. Tadi ada yg menelpon." jelasku.

"Namjoon?"

"Bagaimana, Oppa tahu?!"

"Dia menghubungiku tadi sore." jelas Yoongi sambil menatapku dan tersenyum. Aku menunduk.

"Iya. Kita akan ke bandara nanti." lanjutnya sambil mengecup keningku.

"Terima kasih.." jawabku.

-TimeSkip-

"Hyung?" tanya Namjoon saat melihat Yoongi.

"Hey" ucapnya singkat. Namjoon tersenyum.

"Lu pikir gua gk bakal dateng? Nyatanya, lu salah satu teman gw yg paling deket sama gw. Mana mungkin gw gk datang?"

"Makasih hyung. Gw gk nyangka aja. Biasanya jam segini lu masih tidur kan?" tanya Namjoon sambil tertawa remeh.

"Halah. Kata orang yg tidurnya sambil ngorok" ucap Yoongi yg kesel. Namjoon memeluk Yoongi.

"Hyung, kok gw jadi mendadak inget pas kita satu dorm pas kuliah ya?"

"Gw juga. Dan itu gpp. Tapi kalo mau mengenang-ngenang, jangan sekarang. Nanti pesawat lu terbang duluan."

"Hehe. Iya deh."

Lalu, semua teman-teman Namjoon datang menghampirinya.

"Joon, jangan lupa oleh-oleh" kata Hoseok.

"Cih. Gua baru balik 5 tahun lagi."

"Elah, minta Sprite doang!!" ucap Hoseok sambil merengek.

"Sprite disini juga ada kalee"

"Kan gw belum ngerasain Sprite yg di amerika"

"Kalo gw inget, gw beli."

"Hmm.. Kok gw gk percaya"

"Yaudah, gajadi beli."

"Eh. Iya deh iya"

"Hyung, makasih udh ngajarin Kookie cara ngerap ama bikin lagu." ucap Jungkook.

"Tumben lu mendadak manis." kata Namjoon.

"Iya, gw abis nonton sinetron, eh drakor kemarin. Kalo perpisahan kan kek gini?" tanya Jungkook dengan mata volosnya.

"Oh gitu. Iya kook, gpp. Hyung juga seneng ngajarin kamuhh"

"Kalo hyung dah balik, langsung ke rumah Kookie ya. Jangan ke rumah Hoseok-hyung"

"Liat aja nanti."

Lalu aku menghampirinya.

"Aku belum memberi tahu ya?"

"Kenapa?" tanyanya.

"Aku hamil" bisiknya. Namjoon tersenyum lebar.

"Baguslah! Saat aku kembali, pasti dia sudah besar."

"Ne."

"Aku harus pergi sekarang. Anyyeong yeorobun!" katanya sambil melambai.

"Noona hamil?!" tanya Jimin. Aku mengangguk lalu Yoongi merangkulku.

"Wah, daebak!" komen Jin.

"Hyung kapan nikah?" tanya Jungkook ke Jin.

"Belum nemu jodoh. Lagipula, gw cinta ama diri sendiri." jawabnya. (I'M THE ONE I SHOULD LOOOOOOOOOOOVEEEE IN DIS WORLD)

"Serah hyung aja deh." kata Jungkook pasrah.

"Ayolah, kita balik. Gw udh ngantuk" ucap Yoongi.

"Kajja!" ajakku.














Namjoon POV

"Joon?"

"Suran-noona.. Mianhae. Aku ngobrol dulu."

"Gpp. Aku juga baru datang kok. Dan, panggil aku Suran aja, oke?"

"Oke"

"Ayo, Joon!" ucapnya sambil menggandeng tanganku. Aku tersenyum.





My husband is a Tsundere • MYG x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang