#6

48 7 7
                                    

"Aku tidak mau, Ayah! Kenapa kita bukannya memikirkan bagaimana caranya kembali pulang ke dunia kita, tetapi malah tinggal di sini? Ini bukan tempat kita, Ayah! Aku sudah muak berada disini!" teriak Shine sambil berdiri ketika keluarga kerajaan itu tengah berkumpul malam itu.

"Kak, jangan marah seperti itu, sabarlah...." bujuk Jim sambil menarik turun tangan Shine agar duduk kembali. 

"Aku juga tidak mau tinggal disini. Kita pasti bisa kembali ke atas, Ayah. Aku yakin dengan kekuatan kita, kita semua bisa kembali ke atas. Kita kembali, lalu kita balas dendam pada Revenant!" sorot mata Shine kali ini menyorot marah dan terpaksa duduk di samping ratu.

"Shine anakku...." Aiser sambil mengelus lengan kokoh anak pertamanya itu, "Kita memang masih memiliki kekuatan. Tetapi kekuatan kita di sini tidak ada apa-apanya dibanding kekuatan kita di atas sana. Manusia biasa seperti Minhyuk bisa jadi terpana dengan kekuatan kita, tetapi sebenarnya kekuatan yang kita miliki sekarang hanya separuh dari seluruhnya. Itu tidak ada artinya jika kita ingin kembali ke atas sana."

"Dan soal Revenant, aku juga sama sepertimu. Aku marah dan ingin mengambil kembali warisan leluhur kita yang sudah mereka rampas. Tapi kita tidak boleh gegabah. Sambil kita mencari cara bagaimana kita kembali, kita tidak bisa tetap tinggal di gudang seperti ini dan terus menyusahkan Yun Hee. Kita harus menyamar sebagai penduduk sini." Raja melanjutkan.

"Anak-anakku, Ibu mohon pada kalian. Ini hanya untuk sementara saja."

Matthew lalu memandang Jim dan mengangguk.

"Aku dan Matthew setuju, Ibu." ujar Jim sambil tersenyum.

"Jim..! Kau....!"

"Kak, sudahlah. Hanya ini yang bisa kita lakukan sekarang. Kau mau marah seperti apa pun, nyatanya kita memang tidak bisa kembali ke atas dulu. Kita harus menerima bahwa kita pun bagian dari Earth sekarang." Jim menjawab sambil memandang tenang mata Shine.

"Kau sendiri bagaimana, Dan?" tanya Matthew sambil mengusak lembut rambut adiknya itu.

"Lakukan apa yang menurut kalian perlu." jawabnya datar lalu merebahkan dirinya di atas karung alas tidurnya dan membalikkan badannya menghadap dinding.

Pembicaraan malam itu pun berakhir.

Keesokannya, pagi-pagi buta Alfar, Aiser, dan keempat anaknya pergi ke pinggir hutan. Dengan menggabungkan kekuatan mereka, mereka merapalkan sejumlah mantera dan membangun rumah sederhana, seperti rumahnya Yun Hee hanya lebih kokoh. Mereka memang tidak ingin mencolok.

"Tahu begini, dari awal saja kita bangun rumah seperti ini. Jadi kita tidak perlu berdesakan tidur di gudang sempit itu." sungut Shine pada Daniel.

"Waktu itu kita masih baru dan kaget dengan apa yang terjadi, kan? Lagipula kita masih belum tahu lingkungan disini seperti apa. Kita tidak bisa seenaknya membangun begitu saja." Aiser menyahut.

"Ah, aku jadi ingat ada dua orang yang selalu ribut ingin pulang ke atas. Sekarang mereka berkata malah ingin membangun rumah dari kemarin saja, hahahahahhaha....." lanjut Matthew sambil menggoda saudara mereka.

Shine dan Daniel hanya membuang wajah tanpa menanggapi lagi.

Mereka lalu memindahkan barang mereka dari gudang ke rumah itu. Tidak banyak memang, hanya pakaian mereka.

"Aku jadi merindukan kamarku, kasurku, semua pakaian bagusku." gumam Shine masih tak rela.

"Sekarang kita kunci kekuatan kita. Dan ingat, mulai hari ini kita adalah manusia biasa. Kita bukan lagi bagian dari Dunia Atas. Kita adalah bagian dari Earth sekarang. Ayah minta pada kalian untuk jangan lagi menganggap ini tempat buangan dan membenci penduduknya. Inilah tempat kita hidup sekarang. Kita akan bekerja dan hidup dengan cara yang sama yang mereka lakukan. Tidak lagi menggunakan kekuatan kita."

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang