SLAMET LAN SUGIH
CERBUNG BY LULU#EPS 22
Dia harus segera mengganti baju putihnya dengan seragam itu. Meskipun dia tidak suka warnanya, Prapto tetap memaksakan dirinya melakukan itu. Hampir saja ia tidak percaya dengan apa yang harus ia hadapi. Yang jelas, hidupnya sangat mulus selama ini setelah lulus menjadi sarjana hampir 20 tahun yang lalu. Menjadi politisi muda telah menjadi impiannya sejak lama.
Berpolitik praktis bukan lagi hal yang gelap baginya karena ia adalah bagian dari sejarah perubahan di Indonesia 20 tahun yang lalu. Dengan sadar ia mengambil keputusan menjadi aktivis kampus yang menyuarakan rakyat kecil. Vox Populi, Vox Dei. Suara rakyat, suara Tuhan. Dengan keyakinan itulah ia melaju mengambil peluang menjadi seorang politikus dan masuk ke dalam sebuah partai. Dan disinilah ia akhirnya menjadi anggota legislatif terhormat setelah memenangi pemilihan calon legislatif.
Prapto sejenak mengerjapkan mata. Dari seorang aktivis menjadi politikus. Yang terakhir itu tidak lepas dari pengaruh Bismo, lelaki tua yang telah dianggapnya sebagai orang tuanya. Bismo menawarkan pekerjaan pada lek Slamet, penjual angkringan langganannya, dan menawarkan padanya juga untuk pindah kost dan tinggal bersama keluarga lelaki tua itu. Tentu saja pada awalnya ia menolak tawaran itu, tetapi Bismo berhasil meyakinkannya. Prapto akhirnya tahu bahwa suami istri Bismo telah ditinggalkan anak semata wayangnya beberapa tahun sebelumnya. Bismo sendiri mengatakan jika Slamet perlu didampingi selama disana untuk belajar setir mobil.
Akhirnya dia dan Kang Slamet menjadi keluarga angkat Bismo yang dari dirinyalah dia juga banyak belajar kehidupan.
Dan semuanya seperti air yang mengalir. Suratan takdirnya banyak berpihak kepada kebahagiaan setelah reformasi terjadi. Namanya sering muncul di media-media massa karena menyuarakan pikirannya.Hidupnya tak lagi sering bergaul dengan kalangan bawah melainkan dengan para petinggi/elit negara. Bukannya ia tidak ingin lagi bertemu dengan komunitas masyarakat miskin yang ia dampingi, dan teman-teman sesama pengunjung angkringan yang sering ia tangkap kegelisahannya, tetapi pekerjaannya menuntut waktunya hampir 24 jam.
Untungnya istrinya yang juga mantan aktivis pada masanya, Tari, memahami sepenuhnya apa yang telah menjadi resiko bagi dirinya. Menikahi mantan aktivis kampus yang kini menjadi praktisi politisi memang bukan hal yang sulit baginya tetapi juga tidak mudah.Prapto tampak menundukkan sedikit matanya. Air mukanya sangat masam. Masih teringat dengan jelas dirinya pada suatu ketika di awal bulan Januari ia menerima undangan seorang investor untuk bermain golf. Olahraga ini unik dan paling populer di kalangan masyarakat golongan atas. Bermainnya tidak banyak menguras energi sebenarnya tetapi banyak peluang lobby-lobby yang diciptakan dari kegiatan sebelum dan selama golf.
Klub keanggotaan golf juga tidak ada yang berbayar murah sehingga bisa dipastikan rata-rata orang yang berkelebihan uang saja atau memiliki posisi tertentu dalam sebuah perusahaan atau pemerintahan yang berada di dalamnya. Tentu saja tujuannya tidak sekedar olahraga tetapi juga melakukan berbagai macam lobby untuk mencapai maksudnya.
Sudah dua kali ia ditraktir Sudirja, pengusaha papan atas yang sering terlibat dalam berbagai proyek pemerintah. Dan sore ini adalah kali ketiganya. Tetapi nahas, belum lagi pulang dari lokasi, dirinya telah menggadaikan semua idealismenya, mimpinya, perjuangannya, dan nama baiknya.
Yang terakhir ini tidak bisa dinilai dengan mata uang dari negara manapun.
“Kenapa aku baru sadar sekarang,” bisiknya geram dan marah yang sangat. Dia sangat marah pada dirinya sendiri. Saking marah dan malunya sempat terlintas di benaknya untuk mengakhiri hidupnya. Tetapi begitu dia melihat wajah Tari dan Bagus anaknya, kembali dirinya tersadar.Kini titelnya sebagai mantan aktivis mahasiswa dan anggota dewan bertambah, menjadi koruptor. Yang biasanya tampangnya terpampang dengan hormat di beberapa diskusi yang disiarkan TV kini diberitakan digelandang Polisi.
Prapto tertunduk lesu dan menutupi wajahnya. Bajunya terbalut rompi oranye KPK.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLAMET LAN SUGIH
General Fictionpotret perjuangan kehidupan yang berlatar belakang situasi politik Indonesia tahun 1998