24. |Setetes Harapan bag.1|

208 8 0
                                    

"MAKAN" bentak seorang pria yang merasa frustasi akan sikap wanita didepannya.

Wanita itu diam bergeming tak menunjukkan akan menuruti kata-kata si pria.

Mengeratkan rahangnya kembali. Kesabarannya kian menipis, jika wanita didepannya mau sedikit saja menuruti kemauannya. Ia tidak akan repot-repot duduk dan meyuapi wanita sinting didepannya.

"Hanna..." desisnya memanggil wanita didepannya yang masih sama seperti sebelumnya. Diabaikan.

"Jika kau tidak mau makan, mati saja jika begitu" sarkasnya.

Menipiskan kedua bibirnya, wanita itu-hanna- menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Apa aku harus bilang mati dulu baru kau akan menatapku hanna"

Membuang muka.

"Hanna,, kau.." frustrasi dengan sikap hanna, mencengkram pinggiran meja dengan kuat hingga kedua tangannya berkedut dan memutih.

"Aku menyelamatkanmu,, dan ini sikapmu padaku, Hanna... Buka matamu apa yang kau lihat dari pria bajingan itu, hah!"

"Lalu, kau sendiri bagaimana?"  tanya hanna tajam.

"Meminta ara untuk membuatku menerima tawarannya.. Dan berakhir dengan aku yang kau culik seperti ini."

"Aku tidak menculikmu hanna, aku menyelamatkanmu, Tolong mengertilah hanna!" jelasnya dengan wajah lelah

"Aku tidak pernah menculikmu dan meminta ara agar kau menerima tawaran itu. Aku tidak pernah melakukannya, percayalah "

Tersenyum mengejek ke arah lelaki dihadapannya.

"Semua lelaki sama saja, kau dan pria itu.. KALIAN SEMUA SAMA" marahnya dengan nafas memburu.

"Kembalikan aku" desis hanna memajukan tubuhnya kearah pria dihadapannya.

"Tidak" jawabnya tegas.

Kesabaran hanna mulai menipis. Beranjak dari tempatnya menuju pintu keluar dengan cepat, ketika tangannya hendak meraih ganggang pintu.

Perutnya dipeluk dengan kedua lengan kokoh seorang pria. "Kau tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini hanna" bisiknya ditelinga hanna.

Membalikkan tubuh hanna sehingga tubuh mereka saling berhadapan. Kedua lengan kokohnya mulai meraih kepala hanna.

Mengelus rambut hanna yang kasar, turun ke wajah tirusnya, ibu jarinya mengelus pelipis dan anak-anak rambut hanna dengan lembut. Menatap manik mata yang melihatnya dengan tatapan benci dan marah.

Seutas senyum kecil singgah dibibirnya.

Menarik hanna masuk kedalam pelukannya. Bibirnya mengecup berulang kali pucuk rambut hanna.

Ia tahu tubuh hanna seketika menegang saat ia menarik paksa tubuh ringkih itu dalam dekapannya.

Untuk kali ini saja, ia ingin egois,  memaksa hanna agar dapat mencintainya kembali. Memaksa wanita dalam rengkuhannya agar memberikan segala perhatian dan kasih sayangnya hanya untuk dia seorang.

"Maafkan aku, yang telah melanggar janji, my ann." bisiknya mengeratkan pelukannya.

Mendengar nama panggilan kesayangannya yang telah lama mengabur dan menghilang dalam ingatannya, tubuh hanna diam membeku. Tanpa sadar ia mulai terisak, kedua tangannya yang sedari tadi terkulai lemas kini ia kepal, memukul bidang datar dihadapannya dengan kuat.

"My ann" panggil pria itu

Dan tangis hanna pun kian kencang, kepalan tangannya yang ia gunakan untuk memukul dada pria dihadapannya melemah, lalu melingkarkan tangannya kesekeliling tubuh pria didepannya. Memeluk erat dan membenamkan wajahnya didada pria itu.

Hanna dapat mendengar detak jantung yang kian berdentum dengan cepat tepat ditelinganya. Usapan halus kepalanya mengantarkan berbagai rasa yang dulu pernah ia rasakan.

"Ayo kembali duduk, akan kuceritakan" ajak pria itu ketika merenggangkan pelukan mereka.

Hanna diam dan mengikuti keinginan pria disampingnya yang menuntunnya duduk kembali ditepi tempat tidur.

Tubuh pria itu merangkak menuju ke tengah kasur, menata beberapa bantal lalu menyenderkan punggungnya ke sandaran. Tangannya lalu meraih tubuh hanna agar duduk dalam pangkuannya. Punggung hanna bersandar dengan nyaman didadanya, tidak lupa ia meraih kedua tangan hanna dan memelukknya, sehingga tangan mereka terlihat menumpuk.

Kepala hanna sedikit menoleh untuk dapat melihat pria yang sedang memeluknya. Namun tanpa aba-aba pria itu mencium pipinya sekilas.

Rona merah mulai menjalar dikedua pipi hanna. Memalingkan muka dan berusaha mengontrol detak jantungnya.

"Jadi.." ucap mereka secara bersamaan.

Tertawa kecil, pria itu lalu mengusap rambut hanna dan sesekali menciuminya.

"Akan ku ceritakan" jelasnya dengan pandangan mata terarah depan seolah dapat menembus tembok dan pembatas lainnya.

Tbc

My Fault WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang