26. |Setetes harapan bag. 3|

148 8 2
                                    

Menyipitkan mata, hanna yang hendak masuk kedalam kediaman keluarga vandort, menghentikan langkahnya dan segera bersembunyi.

Seorang wanita cantik dengan angkuh duduk disalah satu kursi diruang tamu keluarga vandort, kedua kaki jenjangnya saling bertumpu dan kedua lengannya saling bersendengkap. Wajah cantik dengan olesan lipstik merah menghias bibirnya.

"Sudah kau temukan cap itu,dimi?" tanya angkuh, sebelah tangannya meraih cangkir teh didepannya.

Dimi_ a.k.a Anna palsu  menggeleng lemah, Anna duduk diatas karpet seolah dia hanyalah seorang pembantu yang kedudukannya tidak setara dengan wanita disampingnya. Kepala anna selalu menunduk takut tidak berani menatap wanita dihadapannya.

"Sudah berapa bulan janinnya?" tanya wanita itu seraya meletakkan kembali cangkir teh yang telah ia sesap.

"Lima bulan" jawabnya bergetar dan tanpa sadar memeluk erat perutnya.

"Kamu ingat aku memberimu berapa bulan agar dapat menemukan cap itu?" ucapannya lirih sembari menelisik kuku tangan yang bercat merah.

Tubuh anna bergetar dan tanpa diduga, anna memeluk kedua kaki wanita disampingnya.

"Tolong,, beri aku kesempatan.. Aku,, aku akan segera menemukannya!" sesalnya.

"Sudah cukup main-mainnya, dimi.. Tidakkah kau lihat selama beberapa bulan ini aku memberimu kelonggaran" ucapnya dingin dan menusuk.

Mendengar itu, tangis anna kian kencang.

"Aku mohon.. Aku akan mendapatkannya,, sungguh aku bersumpah akan mendapatkannya, nyonya.. Tolong beri aku kesempatan" semakin dia menangis semakin erat pelukannya dikedua kaki nyonya-nya.

"Sampai kapan kamu akan memohon? Sampai anakmu lahir? Sampai kau akan benar-benar mengambil tempatku? Atau sampai vincent benar-benar mencintaimu? Jawab,, sampai kapan aku harus memberimu kesempatan?"

"Aa... A.. A.a" dengan gagap dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Kamu begitu terlena dengan kehidupanmu saat ini dimi," senyum manis tersungging

"Apa kamu tidak merindukan alaric kecil? Ck.ck.ck ibu macam apa kau ini?" senyum mengejek terpampang.

Seolah diguyur dengan air dingin, tubuh anna tersentak dan secara tiba-tiba menatap wajah wanita didepannya.

"Alaric" panggilnya lirih, meremat sebah dadanya yang menimbulkan perasaan bersalah.

"Ini kesempatan terakhirmu" ucapnya sebelum pergi meninggalkan anna dalam kondisi terpuruk.

Melihat wanita itu keluar, hanna segera menyembunyikan tubuhnya.

Hanna secara diam-diam mengikuti wanita itu hingga mobil hitam berhenti didekatnya dan segera saja wanita itu masuk.

Kembali dengan wajah kacau, hanna melangkahkan kakinya berjalan memasuki rumah.

Disana terlihat anna sedang duduk merenung sembari mengusap perutnya.

Salah satu alis hanna terangkat, tidak biasanya anna akan menampakkan wajah seperti itu dihadapan hanna.. Momen yang langka.

Kalo saja dia dalam kondisi senang, dia akan segera menghampiri anna dan mengolok-ngoloknya. Namun suasana hati hanna juga buruk, jadi setelah dia memasukkan semua belanjaannya pada tempatnya, hanna segera masuk kamar.

Menguncinya.

Lalu memasuki ruang rahasia dan mengetuk dua kali pada dinding kayu dan muncul sebuah kotak persegi.

Meraih kotak hitam itu dan membukannya. Sebuah benda berbentuk aneh terpampang, diraihnya benda itu dan dibuka.

Itu adalah sebuah cap/Stempel

Stempel yang telah dicari oleh anna dan wanita itu.

Hanna menggenggan erat stempel itu dan matanya berkilat-kilat.

"Vandort " senyum sinis nampak tersungging diwajah hanna.

Tbc.

Minna,, maafkan saya yang lama up,,
Sebentar lagi semuanya kan terungkap

Terima kasih untuk semua pembaca yg sudah mau menantikan kelanjutan dri cerita aneh ini.

Akhir kata.
Peluk cium(>ω<) ^ω^
Fathaneralda

My Fault WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang