15. |hope|

258 15 2
                                    

Minalaidzin walfaiddzinn 🙏
Uda pada balik ya? Pada Mudik kemana nih??  Kepo deh. 😂😂

Dapat uang berapa nih man teman. 😁😁 ada ya yang masih dapet.  Aku mah kagak.🙅🙅 wkwkwk..

Ada yang kangen ga sih sama aku? Wkwkwk.   Ngarep..

Oke deh.  Happy reeding >>

Menikah.

Bagaiman rasanya jika kau menikah dengan lelaki yang sangat kau cintai. Bahagia?  Tentu saja. 

Walaupun ini pernikahan keduanya namun rasanya masih tetap sama. Gerogi, gelisah, takut, resah, cemas semuanya menjadi satu kesatuan.

Keluarganya datang dengan senyum mengembang mengetahui bahwa hanna akan menikah lagi.

Bundanya sangat senang dan sesekali menasehati hanna. Ayahnya hanya tersenyum haru  menatap anak sulungnya.

Segalanya serasa mimpi bagi hanna.  Setelah ucapana vincent waktu itu yang mengatakan bahwa hanna mengandung. Tante catherine berteriak histeris dan memukul kepala vincent dengan bantal.

Tante catherine berteriak dan terus memukul vincent secara membabi buta. Yang hanna pikirkan waktu itu adalah semuanya tidak akan pernah menerimanya.

Namun sebuah pelukan dan usapan dipunggungnya menyadarkan hanna akan lamunannya.

"astaga,  maafkan anak tante hanna..  Apakah cucuku rewel? Oh astaga apa jangan-jangan ketika kau makan itu... Astaga.. Maafkan aku sayang yang tidak tahu kau hamil . Tapi tenanglah vincent harus dan wajib menikahimu.  Aku tidak ingin cucuku tidak memiliki ayah. "

"baiklah.  Minggu depan kalian akan menikah.  Serahkan semuanya pada mama hanna. Oke" catherine langsung beranjak dari duduknya meraih telepon rumah nya dan menekan beberapa tombol.

Dengan antusias membicarakan persiapan pernikahan dengan suara disambungan telepon itu.

Setelahnya Catherine menyeret jonathan agar mengikutinya.

"ahh..  Hanna sayang,  kamu harus istirahat, menginaplah disini. Aku tahu kamu lelah. Sikembar juga sepertinya betah disini.  Oke"

Ketika hanna hendak menjawab. Digenggamnya tangan hanna oleh vincent.

"terima kasih ma, pa" ucap vincent tulus sembari menampilkan senyum tulusnya.

Dituntunnya hanna kedalam kamarnya.  Vincent tentu bahagia mendapati bahwa orangtuanya merestuinya.

Mendudukkan hanna ditempat tidur,  vincent berjongkok dihadapan hanna dan mengusap perut hanna yang sedikit membuncit.  Mencium perut hanna dengan lembut.

"hay baby,  bagaimana keadaan disana sayang..  Semua aman terkendali bukan? " tanya vincent dihadapan perut hanna

Hanna memukul lengan vincent "semuanya aman daddy. "jawab hanna menirukan suara anak kecil

"kau tahu vincent, aku sempat takut bahwa kedua orangtua mu tidak merestui kita, tapi setelah melihat mamamu aku dapat bernafas lega" ucapnya menyandarkan sebagian tubuhnya ditubuh vincent.

Mengelus kepala hanna dengan lembut. "semua pasti baik-baik saja hanna"

'kuharap begitu vin'

###

Acara resepsi pernikahan hanna dan vincent tidak terlalu megah.  Malah terkesan sederhana.

Mama mertuanya sempat protes karena ia ingin anak lelakinya menyelenggarakan pernikahnnya dengan megah dan mewah.

Namun ditolak dengan halus oleh hanna.  Bagaimana bisa ia dengan bangganya menyelenggarakan pernikahan dengan besar-besaran sedangkan dirinya adalah seorang janda beranak dua.

Apalagi jika sampai mantan suaminya mengetahui bahwa ia menikah lagi.  Tidak.  Hanna tidak ingin kehidupannya kacau dengan kemunculan mantan suami sekaligus kekasihnya itu.

Hanna ingin pernikahannya berjalan dengan lancar. Saling mencintai tanpa ada pihak ketiga. Sudah cukup hanna tersiksa dengan keadaan rumah tangganya dulu.

Dengan senyum lebarnya ia menatap kearah vincent.

Klik.

Moment indah itu tertangkap dengan jelas disebuah foto.

Hanna berharap semua akan baik-baik saja. 

Sampai beberapa orang menyalami mereka.

Yang pertama pasangan paruh baya.

Wanita itu tersenyum dan memelukku dengan hangat cukup lama.  Sampai aku tersadar punggung nya bergetar. Ia menangis.

Aku tidak tahu harus melakukan apa.  Hanya balas memeluk dan mengusap punggungnya yang masih bergetar.

"sungguh,  aku ingin bahagia melihatmu menikah. Namun ketika aku mengingat anak perempuan ku yang terbujur kaku kedinginan sendirian disana. Aku tidak rela..  Maafkan aku..  Maafkan aku yang tidak rela melihatmu bahagia sedangkan anakku sendirian.. Maafkan aku.. "ucap wanita itu lirih. Usapanku terhenti dan tanganku dian tak bergerak.

Wanita itu melepaskan pelukannya dan menyapukan tisu kearah wajahnya yang memerah.

"Seharusnya anakku yang berada ditempat mu saat ini. " ucapnya lalu bergegas turun.

Lidahku kelu.

Apa maksudnya ini.

"vin, kau bilang akan menunggu adikku sampai kapanpun. Kau berbohong vin. Kau ingkar. Kau meninggalkannya"racau seorang wanita yang menangis dan memukuli dada vincent.

Wanita itu langsung dipeluk oleh laki-laki yang berada dibelakangnya.

"honey,  tenang..  Anna sudah tiada,  vincent juga harus melanjutkan hidupnya sayang. Anna pasti mengerti. Oke"

"kau pernah berjanji padaku vin,  bahwa kau akan menunggu anna..  Kau akan menunggunya sampai kapanpun.. "

"honey,, "

"maafkan aku kak,  tapi anna sudah tiada. Dia juga menyuruhku melanjutkan hidup jika dia tiada. " sela vincent dengan sorot mata kesedihan.

Mataku tak berhenti menangis. Diam tanpa suara. Aku mencengkram gaun yang kupakai.

"tapi kenapa secepat ini vin..  6 tahun vin..  Baru enam tahun lalu.. "

Aku sudah tidak kuat.  Perutku sakit luar biasa.  Aku mati matian menahan rasa sakit ini. 

Sampai wanita itu menatapku dengan pandangan menuduh dan tajam.

Aku membalas tatapannya dengan sayu, air mataku masih terus mengalir.  Saat aku tersenyum tipis wanita itu seperti kaget.

Ia menyipitkan matanya menatapku. Dengan sekuat tenaga aku Mempertahankan senyumku.  Hingga rasa berat dikepala dan perutku sudah tak terbendung.

"Maafkan aku... "ucapku lirih sebelum aku jatuh lemas dipelukan vincent.

Aku melihat sorot wanita itu sarat akan kerinduan dan rasa bersalah.  sebelum aku benar-benar menutup mataku dan kegelapan menyerangku.

Tbc.
Enaknya cerita ich liebe dich dilanjutin kagak ya.? Atau dihapus aja?? 

Kalo lanjut. Cerita bakalan beda.

Terserah kalian sih..

Peluk cium
Fathanerlda

My Fault WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang