Chapter 5.2 <> Berbeda

3.8K 167 2
                                    

>>🌹🌹🌹<<

Dahi yang berkerut itu semakin dalam dan dalam lagi sesaat terdengar suara kegaduhan yang berasal dari lantai bawah dan cukup membuatnya terusik. Kelopak mata dengan bulu mata natural itupun terbuka sejenak menyapa sinar matahari pagi yang hadir lewat celah tirai jendela besar. Telapak tangannya lantas menutup mulutnya yang menguap dengan aura-aura masih dalam mode mengantuk.

"Mr??" Panggilnya sembari turun dari kasur king size milik pria yang tadi dipanggilnya mr.

Ia berjalan menuju kearah pintu kamar tersebut lantas membukanya, tatapan mata yang tak sengaja menangkap sebuah fenomena paling langka didunia yang bulat ini.

"Wow!" Dengan sendal bermuka doraemon itu bersamaan langkah kakinya yang menuruni anak tangga satu persatu hingga di anak tangga terakhir.

Wajah dingin tak berekspresi yang tadi sangat serius mendorong sebuah alat yang berteman dengan sapu dengan tatapan dinginnya pria itu beralih menatap gadis yang masih berdiri ditempatnya.

"Singkirkan kakimu dari lantai bersih ku itu!" Bukannya secepat mungkin berlalu gadis itu lantas menatap kebawah menatap pada kedua kakinya. Tidak lebih tepatnya yang dibawah kakinya. Lantai?

"Tapi kenapa?" Tanyanya. Pria yang masih menatapnya dingin itu dengan tangannya yang sudah melepas peralatan tersebutkan sebuah alat-pel, ia mulai berjalan mendekati gadis tersebut yang tidak ada peka-pekanya.

Sekarang mereka berdiri berhadapan dengan jarak dekat hingga detakan yang seharusnya hanya disimpan ditempat itupun terdengar jelas. Mata yang sama berwarna hitam tersebut saling beradu tatap dan tak ada satupun yang mau mengakhirinya. Hingga tanpa diprediksi oleh akal, mata bahkan sebuah alatnya tatapan yang tadinya saling menghunus tajam tiba-tiba telah berubah dengan kedua tangan pria tersebut yang sudah melingkar di pinggang gadis itu.

"Jangan berpikir aneh-aneh. Aku hanya ingin memindahkan mu dari lantai ku," Ucap pria tersebut dengan langsung menggendong Ara lalu meletakkan nya diatas meja. Lagi? Tatapan mereka bertemu.

"Jangan menatapku!" Ara yang tadi masih memuji pesona bahtera sang Rev seketika terkejut langsung memalingkan wajahnya kesamping karena ketahuan menatap pria itu penuh minatan.

Ck!

"Diam disini, aku harus menyelesaikan semuanya. Jangan berbicara atau melakukan apapun itu selama aku bekerja!" Katanya tanpa penolakan sesaat Ara hendak memprotesnya. Gadis itu mendengus lelah dengan tatapan matanya yang mengarah pada Rev yang sedang memegang kemonceng. Dan lagi pria itu menatapnya tajam seperti biasanya.

"Ak.." Rev tak mengindahkan rengekan dari bibir Ara, membuat gadis tersebut mengerucutkan bibirnya panjang.

"Ak.." Rengeknya lagi dan sekali lagi tak ada sahutan sepatah kata pun dari pria itu. Dengan rasa kesalnya Ara kemudian turun dari atas meja yang telah menjadi temannya selama lebih 1 jam sebelumnya. Rev tiba-tiba terkejut akan kedatangan Ara yang sudah berada didepannya sambil menatap dalam padanya.

Set!

Cup

Ara menggigit bibirnya dengan kuat seraya memilin ujung hijabnya, matanya turun kebawah dengan perasaan was-was. Tidak ada sahutan dari Rev tapi kini sebuah telapak tangan yang sudah bertengger dikedua bahunya benar-benar sebuah bencana.

"Ak-

Kedua bola matanya nyaris menggelinding seketika rasa kenyal terasa di bibirnya. Ara memegang dada kirinya dengan Rev yang masih menyatukan bibir mereka, mata hitam pekat pria itu sangat tenang dan bukan seperti biasanya mata hitam pekat itu menatap penuh luka dan kesedihan tanpa adanya ketenangan yang berkabung.

"Mr?" Ara yang terkejut dengan satu tetesan yang terjatuh ditangannya.

"Aku tidak menyukai airmata ku. Hah!" Kekeh Rev seraya menjauhkan diri dari Ara. Gadis itu hendak menyentuh wajah Rev namun dengan cepat pria itu berlalu pergi.

"Itu hal yang sama aku rasakan, Rev." Gumam Ara lalu kemudian mengambil kemonceng yang tadi dijatuhkan oleh Rev dan mulai menggantikan pekerjaan pria itu. Bingung? Kenapa dua sejoli itu yang mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh para pelayan pekerja rumah. Itu karena jatah libur mereka. Ya, sang Mr itu memberikan keringanan untuk semua pekerja di mansionnya bahkan para supir dan pekerja kebun. Mereka semua dijatuhi tempo untuk beristirahat satu kali dalam seminggu makanya sekarang keseluruhan pekerjaan rumah ialah sang tuan rumah yang turun tangan juga termasuk seseorang yang kini sedang bermurah hati membantunya.

Gadis itu menarik nafasnya dan meletakkan sapu lidi pada tempatnya setelah halaman rumah sudah bersih ia sapu. Nafasnya turun naik seraya menatap terik matahari yang sangat panas di jam yang terbilang masih pagi.

"Huuh.. Mr pasti capek banget ngerjain semuanya yang ada di mansion raksasa ini. Huhh..untung nggak lagi masuk kerja, kalau masuk bisa tepar aku." Keluh Ara sembari duduk di kursi ayunan yang terletak didekat pohon hias halaman tersebut.

Tiba-tiba Ara merasakan sensasi dingin yang menyentuh pipi kirinya. Kepalanya memutar kesamping dan menatap satu ice cream rasa cokelat yang sungguh menggiurkan lalu mendongak menatap wajah seseorang yang sama dinginnya dan itu membuatnya terkekeh pelan seraya mengambil ice cream itu setelah mengucapkan kata terimakasih.

"Ehem! Maaf," Ara mengernyit dan menatap pria yang sudah berpindah duduk disampingnya.

"Maaf? Buat apa ak?" Tanya Ara balik sambil memakan ice cream nya.

"Maaf tadi itu- ishhh..kau harus minta maaf padaku."

"Kok aku,," Tiba-tiba Rev berdiri dari duduknya dan menatap pada Ara.

"Itu semua first kiss-ku." Sejenak berpikir sebentar seketika gadis itu menatap Rev dengan mata melebar.

"Ap-apa.."

Rev mendengus kuat kemudian berlalu pergi dari hadapan Ara yang menggigit bibir bawahnya dengan perasaan tak tenang yang mengguncang harga dirinya. Perlahan demi perlahan langkah kaki yang terus melangkah ia mencari objek yang beberapa menit menghilang dari pandangannya.

"Ak?" Panggilnya setelah melihat Rev yang tengah duduk selonjoran dilantai, pria itu rupanya lagi ada di perpustakaan pribadi miliknya dengan buku dan pena ditangannya entah menulis apa.

"Ck! Ada apa?" Jawab Rev sebentar menoleh kearah Ara lalu kembali menoleh pada bukunya. Gadis itu berjalan mendekati Rev dan kemudian duduk disampingnya.

"Bisa tidak aak jangan berdecak lagi. Itu tidak baik." Kata Ara seraya menatap kearah buku Rev sedangkan pria itu malah menatapnya tajam namun tak disadari.

"Dan..kau bisa tidak jangan menganggu ku lagi. Itu tidak baik untuk hidupku." Balas Rev seraya bangkit dari duduknya, sebelum Ara bangkit pria itupun lantas mengatakan sesuatu yang cukup menyentuh hati seorang Alfinara Clarissa.










Hemm😞😞😞..Kira-kira apa yaa yang Rev ucapkan? Penasaran???_😉😉😉 yess reader dan ada yang bisa nebak kira-kira apa yaa?
Hehee auto gaje duehh😅😅😅

❌❌ STOP YOU PLAGIAT ❌❌
🚫🚫 DON'T COPY PASTE 🚫🚫
😈😈 SIN WARNING 😈😈

*18 Januari 2019*
17:05

MY HUSBAND BULE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang