Chapter 9.2 <> Ingat

2.4K 99 0
                                    

>>🌹🌹🌹<<

"Aku mencintaimu..sangat, sungguh. Kuharap kau sedikit memberikan ruang dalam hatimu untukku, Mr." tatapan mata yang bertemu lekat dalam keterdiaman. Inisiatif yang terkadang bertentangan dengan ego.

"Kalau aku tidak bisa membuka ruangku untukmu. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Rev.

Gadis dihadapannya itu hanya menggeleng lemah dengan bibir bawahnya yang ia gigit kuat.

"Aku tidak yakin bahwa kau tidak bisa membuka ruangmu untukku,"

"Apa yang kau harapkan?" mata gadis tersebut kemudian memutar keatas dengan mengernyitkan dahinya.

"Tidak banyak. Aku hanya berharap bisa menjedikanmu suamiku.." Rev terkekeh pelan seraya menatap mata yang melengkung indah menatapnya.

"Kau yakin?" Ara menganggukkan kepalanya cepat.

"Begitukah,"

"Eumm.. Mr Rev?" Rev mengangkat sebelah alisnya.

"Boleh aku pinjam kamarmu?"

"Kamarku, untuk apa?" Ara mengedipkan matanya pelan sembari membasahi bibirnya yang kekeringan.

"Aku ingin solat,"

"Solat. Apa itu seperti shalat,," ucap Rev dan dibalas anggukan kepala oleh Ara.

"Em..ya itu.." gumam Ara. Rev perlahan mengangkat tubuh Ara, menggendong nya lalu kemudian berjalan kearah kamarnya yang berada dilantai atas. Ara yang masih menetralkan detak jantungnya dengan perlahan memeluk leher Rev.

"Kita sampai," kata pria tersebut seraya menurunkan Ara. Mereka kini berada didepan pintu kamar Rev yang sungguh besar.

"Mr Rev---

"Cepatlah. Aku menunggumu disini," Ara hanya diam dengan sikap lembut Rev, pria itupun juga memberikan nya sebuah kecupan lembut dikeningnya.

"Kapan-kapan ajari aku tentangmu dan Islam.." Ara yang mendengar bisikan ditelinganya itupun hanya mampu menahan rasa bahagianya yang membuncah. Dengan cepat ia segera mesuk kedalam kamar Mr tersebut sebelum Rev sekali lagi benar-benar melihat wajah temperature nya. Namun sayang senyuman tipis yang tercetak jelas dibibir pria tersebut sudah membuktikan hasilnya.

"Hihi..manis sekali,"

Selama beberapa menit lebih pria yang masih berada didepan pintu kamarnya itu menunggu. Menunggu seorang untuk segera keluar dari pintu tersebut dan melegakan rasa tak karuan akan ketenangannya yang terusik.

Cklek!

"Mr!?" baru saja membuka pintu, apa yang kini gadis manis itu dapati.

Tatapan mata yang sayup menatapnya tajam dan melurus.

"Ck! Gadis licik. Kau sungguh tega,"

"Anu..Mr maafkan aku. Tadi aku tidak tahan lagi untuk buang air besar,"

"Ara.." desisnya tertahan.

"..kau membuatku menunggu selama dua jam ini, seperti orang gila didepan pintu kamarku sendiri!" Ara menggigit bibirnya seraya menyentuh lengan Rev yang menampakkan urat-uratnya. Dengan kuat ia menubruk tubuh kekar Rev yang selalu hangat dalam dekapannya.

"Maaf..maafkan aku! Hiks.." dengan rasa ketidak tegaannya Rev perlahan menjauhkan tubuh Ara kemudian menghela nafasnya seraya menghapus aliran bening yang jatuh di pipi gadis tersebut.

"Aku tidak suka menunggu, Ara."

"I know.."

"Hufhh..haruskah aku membuatmu supaya tidak bisa buang air besar lagi. Really, dua jam Ara.."

"Ya itu sudah jatah waktuku, Mr." Rev memejamkan kedua matanya, kemudian menarik tubuh Ara dan memeluknya.

"Ini terakhir.." Ara tersenyum dari balik dada bidang Rev, dengan pelan ia mengangguk tanpa beban. Sanggupkah.

Rev duduk dikursi meja makan, pandangan matanya tak lepas dari pergerakan lincah gadisnya yang sedang bergulat dengan panci dapurnya. Karena dapur dan ruang makan yang hanya di batasi oleh kaca dan Rev sudah pasti bisa melihat apapun yang gadis itu lakukan.

"Iih susah banget sih!" Rev terkekeh dengan gelengan kepalanya saat Ara yang masih kesusahan dalam mengatasi sebuah ikan.

"Kau tidak bisa memotong ikan, sayang!?" seru Rev dari balik ruang makan yang membuat Ara memejamkan matanya menahan malu.

"Aku bisa! Mr Rev. Aku bisa!" dan lagi Rev tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. Pria itu kemudian berdiri dari duduknya dan dengan langkah pelan ia mendekat kearah dapur hingga tatapannya kini telah bertaut dengan gadis yang sedang menatapnya penuh.

"Mr.." Rev mengulum senyumnya dan kemudian menghadap pada Ara, memeluk pinggang gadis tersebut dan mengecup pipinya dengan lembut.

"Jangan memaksakan. Aku tidak menyukai itu, remember."

Ara mengangkat tangannya dan mengusap wajah Rev yang selalu tampan walau bagaimana pun keadaannya.

"Don't hate me.." Rev mengernyitkan dahinya dalam, gagal fokus dengan apa yang kini dibicarakan oleh Ara.

"Untuk tidak akan melepaskanmu, walau dengan kebahagiaanmu. Aku tidak peduli kau menganggapku terlalu berhak akan dirimu, aku egois. I know dan Aku tidak akan pernah memberikanmu pada gadis ataupun wanita lain, forever and ever.."

"Dasar gadis yang sungguh licik,"











Hayyy hayyy🙆🙆🙆
Huu hu huu apa kabar kamu, dia, you, and dirimu?? Hahakk.. Maaf ya guys telat lagi dan kurang dapat feel-nya, Sorry..soo auto nggak cuman bisa fokus sama ini, auto juga masih seorang pelajar yang masih harus mengejar prestasi dalam bidang, dan akhirnya tanggal 27 nanti auto bakal go lets goo dengan mimpi auto, nggak kebayang dipilih dan dipercayakan dalam mengikutinya. Yang udah baca chapter sebelumnya pasti tahu kan auto mau kemana and ngapain, apaan sih?
Dan next chapter insyaallah akan update secepatnya yang pasti sebelum tanggal 27 hehe😉😉😉..
Okedeh jangan lupa vote sama komen kalian ya kalau penting😁😁😁. Nggaklah, becanda😘









❌❌ STOP YOU PLAGIAT ❌❌
🚫🚫 DON'T COPY PASTE 🚫🚫
😈😈 SIN WARNING 😈😈

* 13 Februari 2019 *
23:00

MY HUSBAND BULE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang