7

14.5K 628 13
                                    

Deana masih berdiri menatap mobil suaminya melaju hingga tak terlihat lagi. Sungguh menyebalkan punya suami seperti itu, yang baiknya hanya ketika di depan orang tua dan tetangganya saja.

Ia tersenyum masam. Miris sekali nasibnya.

Ia pun menyebrang jalan sebelum menaiki angkot, menuju ke rumah ibu. Angkot pun datang dan melaju ke tujuan namun, tak lama angkotnya terjebak macet di lampu merah. Hari libur begini memang banyak warga yang keluar rumah untuk pergi berlibur akhir pekan, hingga membuat jalanan padat. Macet.

Deana mengedarkan pandangan ke jalanan. Matanya menangkap pemandangan yang sangat-sangat membuat ia kaget. Terlihat Riko sedang menunggu seseorang, tak lama munculah seorang wanita membawa tas ransel mini, yang tampak seperti seorang mahasiswa.

Andai saja angkot yang ia tumpangi tak terjebak macet yang hampir memakan waktu setengah jam, mungkin ia tak melihat pemandangan yang membuatnya miris.

***

Setelah menyambangi ibu tirinya, Deana berniat akan pergi ke swalayan. Membeli kebutuhan rumah tangga. Sengaja ia belanja di sana, karena ia perlu banyak stok agar tak bolak-balik ke warung, mengingat ia sudah kerja jadi tak mungkin banyak waktu untuk sekedar ke warung.

Ia tak sendirian tapi bersama Lina, sahabat dekatnya.

"Dea, kita makan, yuk." Lina sudah merasa lapar, karena memang waktu makan siang.

"Iya bentar, nih kasirnya belum selasai notalnya."

"Sini aku bawain kantongnya. Banyak amat ya belanjanya kalau udah jadi emak-emak," celetuk Lina.

"Ish, apaan sih, kamu. Aku masih gadis tahu," jawab Deana cemberut.

"Watt! Masih gadis? Kamu 'kan udah nikah, Dea!" kata Lina gemas.

"Ish, biasa aja kali. Kalau udah nikah emang harus gitu, dibilang emak-emak?" Deana sedikit berkilah. Ya, memang ia masih gadis, sama sekali belum disentuh suaminya.

"Ya, tapi gak ngaku gadis juga kali."

"Udah, ah. Jadi makan gak?"

"Jadilah, ayo udah laper nih."

Mereka berdua pun mengujungi salah satu kedai yang terdapat di swalayan. Mie 77. Setelah usai makan mereka berdua pun pulang.

"Belanjaan banyak gini kamu yakin bisa bawa sendiri?" tanya Lina.

"Yakinlah, 'kan ada kamu," jawabnya PD.

"Ih emangnya aku peduli," celetuk Lina bercanda dan jalan mendahului Deana.

"Lina! Iih, kamu nyebelin banget sih."

Praaak! Semua belanjaannya jatuh berserakan, sampo, sabun, pengharum ruangan serta macam-macam bumbu rempah-rempah kemasan berjatuhan ke lantai.

"Hey! Kalau jalan lihat-lihat dong," ucap perempuan yang menabrak Deana.

"Maaf, saya gak sengaja," ucap Deana sambil memunguti belanjaannya.

"Sayang, katanya mau beli sesuatu, ko masih berdiri di sini." Suara laki-laki menghampiri perempuan yang menabrak Deana.

"Ini nih, tadi aku ditabrak."

Pria itupun melihat ke bawah, di mana ada perempuan berjilbab coklat sedang memunguti belanjaannya.

Deana!

Setelah semua belanjaan sudah masuk kembali ke kantong, Deana bangkit berdiri. Seketika matanya membelalak kaget, melihat siapa pria yang menghampiri perempuan yang ia tabrak tadi.

Deana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang