Riko menghentikkan suapan mie ke mulutnya, ketika matanya sempat memandang perempuan di depannya. Terpaku. Anggun dan cantik.
Ia baru menyadari perempuan yang sebagai istrinya selama ini ternyata mempunyai daya tarik tersendiri. Ketika di luar sana banyak yang suka bermolek diri agar tampak menarik, tidak dengan Deana, ia terlihat alami. Cantiknya natural.
Perilakunya juga, selama ia lihat belum pernah ada yang namanya pecicilan. Ia terus memperhatikan cara makannya Deana, yang terlihat santun tidak buru-buru.
"Mienya gak enak?" tanya Deana heran.
"Eh, gak. Enak ko, ni aku makan," jawab Riko gelagapan.
Deana senyum membentuk garis lurus, heran juga pada suaminya.
Makan pun usai, Deana menaruh mangkuknya ke wastafel dapur. Setelah Dea mencuci mangkoknya ia pun berbalik namun, ternyata Riko pun sama hendak menaruh mangkuk. Hingga akhirnya tak sengaja pas berbalik badan ia menambrak suaminya.
Blep!
Hening.
Beberapa detik tatapan mereka beradu, saling pandang.
"Eh, sini biar aku aja yang cuci mangkoknya." Deana meraih mangkok dari tangan Riko.
"Ah iya, aku cuci tangan sebentar." Riko pun mencuci tangannya. "Makasih ya, mienya."
"Iya."
Riko pun berlalu dari dapur. Jantung mulai berulah tak beraturan. Dadanya terus berdesir. "Ah, kenapa lagi aku?" gumamnya lirih sambil menggelengkan kepalanya, menyangkal.
***
Di kantor.
Riko terlihat semangat saat memasuki ruangannya. Ketika masuk di dalam sudah ada Hari yang sedang menunggunya.
"Jam berapa ini baru sampai?" tanya Hari.
"Maaf bro, jalanan macet," jawabnya sambil mendaratkan bokongnya di kursi.
"Macet, apa ketemu dulu sama Riska?"
"Beneran macet."
"Mukamu tuh, keliatan girang banget."
"Ah sudahlah, ada proyek apa lagi sekarang? Sampai nungguin di ruangan ini."
"Gak ada, aku cuma mau minta pendapatmu."
"Pendapat apa?"
"Hemm." Hari mengatupkan mulutnya sambil memutar kursi. "Menurutmu gimana, kalau Deana aku angkat jadi sekertarisku?"
"Apa!" Riko kaget.
"Kenapa? Bagus 'kan. Aku kasian ma dia, disuruh kesana kemari sama Salma."
Diam.
"Riko! ... gimana menurutmu?"
"Terserahmu aja sih, 'kan kamu bosnya."
Hari menyeringai senang. Kesempatan untuk mendekati Deana, sangat mudah sekarang.
***
Deana berada di ruangan Hari, tadi ia di suruh ke ruangan bos. Katanya ada suatu hal yang akan dibicarakan. Dalam hatinya sedikit takut, apalagi ia pernah dengar kalau bosnya itu galak.
Ia menatap seekeliling ruangan, sambil mengusap-usap kedua lengannya. Takut. Takut, membayangkan betapa seramnya wajah si bos.
Kriit! Suara pintu dibuka, Deana terlonjak kaget.
"Selamat siang Deana."
"Kamu?" Deana menatap Hari heran, dan tak lama muncul di belakangnya seorang pria juga, Riko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deana
General FictionDeana adalah seorang istri, tapi bukan seperti istri pada umumnya. Ia harus mengikuti aturan dari suaminya. Riko tak terima bahwa dirinya sudah menjadi suami dari perempuan pilihan ibunya, dan ia membuat peraturan semaunya pada istrinya, Deana.