Bab 5

375 26 0
                                    

       Mira sedang duduk di kursi dekat jendela kamarny. Ia lagi asik berbalas pesan sama Hamid sambil sesekali tertawa kecil. Tiba-tiba ia termenung memikirkan sesuatu. Sore kemarin waktu makan mie ayam dengan Bang Hamid banyak juga orang makan di sana ada perempuan, laki-laki dan anak-anak, ada yang ku kenal ada yang tidak seperti pak Arpan, aku kenal lama sejak satu sekolah dasar dengan anaknya Lufi .

     Mira jadi memikirkan pak Arpan. Ada kata-kata yang terlontar di hatinya.  Kalau sekilas di lihat etika pak Arpan tu baik, bicaranya sopan dan ramah tapi untuk bersikap akrab atau apalah namanya Mira tidak bisa, sekali pernah ia menawari mengantar dengan motornya tapi ia tolak dengan halus.

     Mira tidak suka dengan cara pak Arpan bila memandangnya. Saat tidak sengaja ia berpandangan dalam hati Mira merasa agak takut. Sinar matanya mengandung misteri atau menyembunyikan sifat aslinya, maka dari itu ia selalu menjaga jarak.
        
       Hari ini ia libur tapi tetap bangun pagi, seperti biasa kegiatannya merawat bunga-bunganya. Mira memandangi bunga mawarnya yang sudah banyak, yang di tanam dalam pot besar, bunganya lebat dan harum. Kak kami pergi ! di lihatnya ke dua adiknya sudah siap berangkat.

      Kak' kami berangkat kata Ocan dan Susi lagi menyadarkan Mira, mereka menyalami kakaknya.Asallamu'alaikum ' pergi kak, kata mereka serentak, ' Wa'alaikum salam ' jawab Mira, hati- hati di jalan ujarnya lagi yang di balas ke dua adiknya dengan lambaian tangan.

       Mira masuk ke dapur ' nek ' panggil Mira, lepet pisang, donat dan bakwannya belum siap nek tanyanya, Belum Mir sahut neneknya, coba kau bungkus adonan lepet pisang ini, kecil-kecil saja..nah ya benar begitu kalau sudah semua kau masukan ke dalam kukusan dan angkat ke kompor perintah neneknya, iya nek jawab Mira.

     Pagi itu nenek dan cucu sibuk menyiapkan jualan yang akan di titipkan. Nek kok banyak sekali, apa habis semua ? tanya Mira bingung. Kau belum tahu kan kalau nenek tambah tempat penitipan, jadi buatnya harus lebih banyak. Jadi nenek tambah repot membuatnya jawab Mira.

      kenapa nenek tidak mengajak wak Ira untuk membantu saran Mira. Ya nanti nenek coba menawarkan sama si Ira ( umur Ira hanya  dua tahun di bawah nek Mari makanya ia panggil dengan Ira saja ). Mir jadi orang tua Hamid datang ba'da ashar  nanti tanya neneknya, ia menghentikan pekerjaannya sebentar, mira jadi ikut berhenti, jadi nek' tadi Bang Hamid memberitahukannya lagi jelas Mira. 

      Mendengar itu nek mari tambah senang. Nah kuenya sudah semua mumpung masih panas nenek akan membawaknya, kau masaklan dan rumah jangan lupa di bersihkan perintah neneknya. Nek Mari cepat -cepat membawak kuenya karena ia ingin masih pagi kuenya sudah siap, di saat neneknya pergi Mira mengunci semua pintu karena mau konsentrasi memasak, ia ingat mungkin saja pertemuan dua keluarga nanti camer ingin cepat ia jadi menantu..kan itu artinya ia sudah harus pintar masak pikir Mira sambil senyum sendiri.

      Mira agak kesal karena memasak belum selesai sudah ada yang bertamu, Masih pagi sudah bertamu, emang tidak ada kerjaan tu orang  Mira agak menggerutu kesal. Pelan-pelan ia mengintip siapa yang bertamu, untung kalau siang hari orang dari luar tidak bisa menglihat ke dalam di tambah ada gordeng tipis. Mira mendengar ada orang yang mengucapkan salam. Ehmm....suara laki-laki desisnya. Perlahan  tanpa ingin menimbulkan suara gordeng ia buka sedikit.

     Haa...kaget sekali Mira saat melihat siapa yang datang Norman..! ia kan keponakan pak Irvan.  Ngapain dia ke sini pikir Mira sebel. Akh cuek in saja pura-pura tidak dengar ujarnya lagi, Mira balik lagi ke dapur nanti nenek pulang aku belum masak,  bakalan ngocehnya panjang sekali. Cepat -cepat ia selesaikan semua, dan lagian kalau Norman capek ia pasti akan pulang pikirnya.

BUNGA DI TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang