Bab 22

226 25 0
                                    

Karena tak punya jalan alternatip ( maju mundur kena, kayak film warkop tu ), dengan di iringi orang tua dan tangisan ibunya mereka bertiga pergi ke kantor polisi. Kepergian mereka di lihat dari jauh oleh Rudi, cepat ia mendekati pembantu mereka yang mau menutup pagar, mbak..mbak..tunggu mbak panggilnya, ya ada apa Rud ? tanyanya, aku tadi mau ke sini tapi batal karena melihat Sarman pergi dengan orang tuannya, pergi ke mana mereka ? tanyanya pada pembatu Sarman.

Setahu saya mereka mau pergi ke kantor polisi, urusan apa aku tidak tahu jelasnya pada Rudi. Karena tak banyak mendapat informasi, Rudi menelepon bang Hamid dan mengajak pertemuan di rumah Mira, tapi saat mereka baru bertemu dan bicara, Ocan mendapat telepon dari kantor polisi kalau keluarga korban di harapkan datang.

Bagaimana bang ? Kita sekarang saja pergi tanya Ocan pada Hamid dan Rudi. Hamid melihat ke Rudi mengganggu ya' kita bertiga ke sana ajak Hamid. Karena sama-sama setuju mereka langsung pergi.

Di kantor polisi Sarman terkejut melihat Darmo juga ada di sana, akhirnya mereka berdua sama- sama mengakui tapi Darmo membantah ketika di katakan ikut semua kejahatan mereka, Sarman tidak berdusta lagi, ia mengatakan pada polisi kalau Darmo dari awal tidak tahu tujuan di ajak mereka, ia tidak ikut memperkosa dan membunuh, walau begitu karena tidak melaporkan akan dikenakan hukuman juga.

Sedangkan Sarman ikut terlibat perkosaan saja, ia menyusul Darmo dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya pada Mira. Ocan yang mendengar meneteskan air matanya, ia tak tahan kalau teringat kakaknya, sedangkan Hamid dan Rudi terdiam sambil memandang tajam Sarman dan Darmo.

Jadi selain kalian siapa yang ikut terlibat kata polisi yang dari tadi diam dan kelihatan garang, siapaa...braak. tiba-tiba ia menghempaskan tangannya, maunya ia biar ke dua anak ini takut dan terkejut tapi bukan hanya Sarman dan Darmo yang terkejut ternyata semua orang yang ada di sana termaksud para polisinya, spontan ia terdiam melihat mata yang terkejut, marah terutama ibunya Sarman menjelit kayak mau keluar tu biji mata karena terkejut.

Insiden ini cepat di lupakan saat Sarman mengatakan yang mengajak mereka dan menjanjikan uang walau sampai sekarang belum di berikan, laki-laki itu adalah ayah Lufi pak Arpan jawab Sarman.

Berita ini sangat menggemparkan orang tua Darmo, sarman termasuk Ocan, Hamid. Orang tua Sarman dan Darmo tidak menyangkah, orang yang bertahun-tahun di kenal baik, yang anaknya tumbuh bersama-sama bisa berbuat kejam begitu.

Rasanya kalau bertemu nanti papa akan pukul dengan jurus karateku ma' kata ayah Sarman pada istrinya. Istrinya berbisik baru mau keluarkan jurus papa bakal sudah tertangkap jadi lebih baik pakai jurus mama dari jauh bisa di lakukan sahutnya. Emang jurus apa yang akan di lakukan mama tanya suaminya, istrinya menunjuk dengan jarinya ke bawah dan ia mengerakkan kakinya. Melihat itu suaminya tersenyum ehm.. cerdas juga istriku pikirnya ( tampaknya mereka lupa nasib anak sendiri ).

BUNGA DI TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang