Bab 23

242 26 0
                                    

      Pagi-pagi sekali ia sudah bangun lalu mandi dan makan mie instan ia pergi sebentar lalu pulang, ketika sampai di rumah ia melihat kamar ayahnya masih tertutup rapat karena sudah kenal kebiasaanya bangun siang ( bisa di kata kelewatan siang ) jadi ia cuek saja.

     Makan mie sambil nonton berita gosip di tambah tidak ada yang ganggu enak sekali katanya dalam hati. Di lihatnya jam dinding hampir jam satu siang, di pandanginya pintu kamar ayahnya, apa iya masih tidur, hatinya jadi penasaran , ia lalu meletakkan mie dan minuman nya di atas meja dan bermaksud ke kamar ayahnya.

     Baru tiga langkah tok...tok..tok.. Lufiii. Langkah Lufi terhenti sepertinya ibu yang datang ujarnya sambil ke pintu depan ia lebih mementingkan ibunya. Tanpa di intip ia sudah hapal suara ibunya, ia langsung membuka pintu, ketika menyalami Lufi ibunya terus saja masuk Fi ' apa ayahmu ada, ibu sudah berapa kali menelepon tapi dak di angkat-angkat, ia melihat ke anaknya.

     Ayah ada di kamar, Lufi lihat ayah belum keluar sampai sekarang sahutnya. Jadi ayahmu kemungkinan masih di kamar tanya ibunya, mungkin bu jawab Lufi yang mulai khawatir, ayo kita bangunkan ayahmu ajak ibunya.

      Polisi bergerak cepat menuju ke tempat pelaku pembunuhan. Sarman dan Darmo ingin ikut, alasannya kalau pak Arpan tidak akan berani mengelak  dari tuduhan bila melihat mereka berdua, sedangkan orang tua dan yang lain mengikut dari belakang, kelihatan bu Sarman semangat sekali..jarang-jarang mengalami ini seperti di film katanya.
      Baru saja Lufi dan ibunya mau mengetuk pintu kamar terhenti lagi karena ada yang mengetuk pintu depan. Lufi mendengar banyak suara dari luar..ada apa ya ramai-ramai datang katanya penasaran. Lufi cepat di buka perintah ibunya dari belakang.

     Lufi membuka pintunya, melihat siapa yang datang yang membuat ia kaget 'polisi '  ngapain polisi datang ke rumah, ia tidak mencuri dan tak mungkin juga polisi mau bersilaturahmi pikir Lufi. Ma'af  ya pak' ada perlu apa bapak ramai-ramai datang tanya Lufi, Lufi ada apa tanya ibunya.

      Haa polisi ' aaada apa pak tanya bu Lufi gugub. Ma'af  bu Arpan  kami datang ingin bertemu pak Arpan jawab polisi itu. Maksudnya pak tanya ibu Lufi, kami akan membawak pak Arpan ke kantor polisi. Tunggu-tunggu  kalian jangan asal bawak saja, jelaskan dulu sahut ibu Lufi mulai marah. Kalau ibu ingin tahu penjelasannya di kantor saja, sekarang kami permisi jawab polisi itu langsung masuk.

       Di depan pintu polisi itu mengetuk pelan, karena tak ada jawaban ia mengetuk lebih keras tetap tak ada balasan, polisi menoleh ke bu Arpan..ibu yakin pak Arpan ada di dalam ?...kata anak saya ada di dalam jawab ibu Lufi, ia jadi khawatir pada suaminya.

      Karena tidak ada tanggapan kami membuka paksa, polisi di depan itu memberi kode pada rekannya. Ma'af saudara -saudara tolong mundur dulu perintahnya. Sarman, Darmo, mereka semua yang ikut dari tadi terpaksa mundur.

     Tiga polisi bergerak mau mendobrak pintu sedangkan berapa polisi yang baru datang mengamankan sekitar rumah pelaku. Lalu..braaak....braaak satu kali lagi kita dobrak pintu ini kata salah satu polisi ' siaap ' satu..dua..tigaaa...braaaaak, akhirnya pintu kamar terbuka, setelah di yakin aman ke tiga polisi itu masuk.

     Semua orang di belakang tidak mendengar apa yang di katakannya tapi karena sudah tidak sabar ibu Lufi menerobos masuk di ikuti yang lain. Yang sempat masuk hanya Sarman,Darmo , Lufi dan ibunya, yang lain tak bisa.

      Maksud polisi berbisik tadi supaya ibu Lufi tidak masuk tapi terlambat, melihat suaminya dalam posisi tidak menyenangkan yang keluar dari mulutnya jeritan panjang, semua yang melihat tertegun termasuk polisi ( mungkin baru pertama juga mereka melihat).

      Lufi tidak sadar kalau ibunya pingsan dan tergeletak di lantai. Dari yang lain Darmo yang lebih cepat nyadarnya,  hei ' Sar panggilnya pada Sarman di sampingnya, baru pertama kali aku lihat mati gaya begini, Sarman menjelit mata mendengar omongan Darmo.

     Oh ya aku tahu' melihatnya ini pasti gaya cicak, benarkan Sar !. Sarman tambah kesal sama Darmo, apa ia pernah berpikir serius kalau pak Arpan meninggal, berarti hanya mereka berdua menikmati dinginnya penjara gemes sekali ia pada temannya.

BUNGA DI TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang