Bab 21

234 22 2
                                    

        Malam ini terasa berbeda dengan hari biasanya, aku merasa tidak enak di rumah ujar Lufi suasana sunyi mencekam, buat aku agak takut, ibu sedang pergi ke tempat saudaranya, aku keluar saja pikirnya.

     Ia keluar dari kamarnya, di luar ia berpapasan dengan ayahnya. Kau mau kemana Luf tanya ayahnya, mau main ke tempat Didi  yah sahut Lufi, ibumu berapa hari pergi jadi kau jangan lama-lama kata ayahnya.

      Iya yah' Lufi pergi pamit anaknya, ayahnya hanya mengangguk saja. Jadii...aku sendiri di rumah ujarnya dalam hati, kalau mengatakan kepada anaknya ingin di temani nanti Lufi tahu ia takut, bisa jatuh harga diriku katanya lagi.

      Lagi asik menikmati film ia kaget dan langsung menoleh kebelakangnya, ia merasakan bahunya di pegang, ayah Lufi berdiri melihati seluruh ruangan, ah' aku kira tadi Lufi ujarnya, ketika meliha ke tv mengapa hatiku jadi tidak enak di sini kata dalam hati. Karena sudah merasa tidak enak ayah Lufi mematikan tv dan menggunci pintu dan jendela yang belum di kunci lalu ia masuk ke kamarnya.

       Di lihatnya hp tidak ada pesan masuk, ehmm dari pada kesepian di rumah enakkan aku juga pergi, yaa siapa tahu bisa dapat cewek yang segar. Istri dan anaknya tahu kalau ia punya sifat agak genit, yang tidak di ketahuinya sifat jeleknya yang tersembunyi ia suka mencicipi gadis muda.

     Pak Arpan ayah Lufi menghayal sambil tersenyum ( yang pasti khayalannya jorok, tak ingat umur dia ). Ia belum melaksanakan niatnya mau pergi karena sibuk menghayal, merasa terusik karena ada suara-suara, ia memeriksa dari mana suara itu setelah yakin dari balik jendela, ia bermaksud membuka gordeng dan menegurnya.

      Saat ia melihat niat hati mau negur karena merusak kesenangannya tapi jantungnya rasanya mau copot duluan. Bukan wajah mengerikan yang ia pikirkan tapi ia mengenal wajah itu!..wajah wanita yang sangat ia kenal ya..'Mira' cucu nek Mari, ia mulai kebingungan mau lari ke mana?  sraak...sraak... ayah Lufi mendengar suara tarikan kasar di belakangnya, saat ia berbalik tanpak olehnya dinding kamar ada garis-garis hitam yang semakin lama berbentuk wajah hitam tanpa matanya.

     Ayah Lufi berusah mundur menjauh saat rambut panjang wanita itu keluar dari lubang-lubang halus dinding dan straak rambut itu mengikat lehernya kuat sekali. Siai'....perempuan sial' ia berusaha melepaskan tali yang menjerat lehernya, mulunya tak henti menggumpat kasar.

     Brengsek' kau sudah mati...matiii. laki-laki ini memang bejat, maut sudah di depan mata bukannya nyadar malah makin buas. Usahanya untuk melepaskan diri tidak berhasil, sedikit demi sedikit tubuhnya tertarik sliiing...bukk, tubuh laki-laki itu terhempas dan menempel keras di dinding, breeng....kraaak, suaranya berhenti dengan patahnya tulang lehernya ( kematian dengan cara yang aneh ).

       Sekitar jam 11 malam Lufi baru pulang, ia memengang kunci sendiri, pelan-pelan ia masuk ke rumah, ketika  melewati kamar ayahnya ia diam sebentar memperhatikan kalau terdengar ada suara tv, sudah berapa saat yakin tidak ada suara ehmm... pasti ayah sudah tidur pikir Lufi yakin.

     Walau agak aneh karena tak biasanya ayahnya cepat tidur.  Sekarang ini sarman sudah seharian  ia di rumah dan seharian juga ia kena marah, di omeli habis-habisan sama orang tuanya. Kalau tahu perbuatanmu begini lebih baik kau tidak usah keluar dari rumah sakit jiwa teriak ibunya.

     Sarman mendengar kata ibunya percuma juga aku di masukan ke sana karena hantu Mira selalu mengejarkau sahut Sarman. Mendengar sahutan anaknya tambah naik darahnya, suaminya menenangkan tak di hiraukannya, memang pantas kau di kejarnya perbuatanmu tidak berprikemanusian.

      Perasaan aku mengajarkan yang baik sekarang siapa yang kau contoh kata ibunya sambil menoleh ke suaminya. Tak enak dengan pandangan istrinya ..ma'..jangan lihat ke papa dong ! Walau papa selalu sibuk tapi tak pernah mencontohkan hal yang buruk ( nyadar dia kalau selalu sibuk ).

      Memangnya mama menuduh papa balasnya, iya sih tidak mengatakan tapi cara mandang mama tuh!, Sarman yang dari tadi terdiam jadi binggung masalah ku belum di bahas tapi mereka beribut soal cara pandang ! kata Sarman dalam hatinya.

BUNGA DI TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang