Setelah selesai membantu di rumah Mira, Rudi langsung pulang. Ketika mau keluar kamar mandi ia berpapasan dengan Isan adiknya. Dengan bahasa isyarat mereka berkomunikasi, saat adiknya bertanya apa mayat Mira di temukan di jalan pintas, Rudi penasaran dan bertanya apa adiknya melihat Mira lewat situ dengan isyarat. Tak di sangkah adiknya mengatakan ia melihat kak Mira lewat, tapi sebelum kak Mira ada tiga laki-laki juga lewat sana. Rudi terkejut lagi, ia lalu mulai menanyakan dengan pelan, maka adiknya menjelaskan semua dengan bahasa isyarat. Mendengar itu Rudi diam dan berapa saat ia berpikir aku harus hati-hati lalu ia mengarahkan adiknya jangan menceritakan pada siapa pun 'ingat' hanya mereka berdua saja yang boleh tahu. Isan menggangguk, ia paham dan patuh pada kakaknya.
Rudi berniat pergi ke kantor polisi, saat di depan rumah ia berpikir aku harus menimbang-nimbang dulu apa yang harus lakukan terlebih dahulu ' ke kantor polisi atau aku selidiki dulu ' ehmm lebih baik aku perhatikan dulu ke tiga laki-laki itu. Belum jauh keluar dari rumah, ia menghentikan langkahnya karena mendengar namanya di panggil oh...kau Yan tegur Rudi, ada perlu apa ? tanya Rudi, ah tidak aku hanya mau tanya Rud, kau mau ke rumah MIra tanya temanya, tidak Yan aku mau ketempat lain kalau ke rumah Mira ngek malam kan nujuh hari jadi ba'da maghrib saja aku ke sana jelas Rudi. Oo ya sudah ' aku mau ke sana membantu neneknya sahut Yanti, saat mereka mau berpisah tiba-tiba Yanti nyeletuk lagi ehk..ehk tunggu-tunggu Rud sambil menjawil tangan Rudi, karena sudah tahu kebiasaan Yanti membuat Rudi tidak cepat marah karena di kagetkan. Rud apa kau sudah dengar berita soal Sarman ? Sekarang dia titipkan ke rumah sakit jiwa jelas Yanti semangat, sebenarnya Rudi kaget dengan kabar itu tapi ia berusaha untuk tidak memperlihatkannya. Kata orang si dia itu takut karena merasa di kejar-kejar jelas Yanti, dari penjelasan Yanti sedikit banyak ia tahu siapa yang membuat Sarman ketakutan. Karena tidak ada yang akan di bicarakan lagi mereka pergi ke tujuan masing-masing.
Di rumah sakit jiwa tempat Sarman di titipkan sementara sampai melihat perkembangan apa ia bisa kembali normal atau jadi penghuni tetap. Tumben malam ia anteng alias tenang, dalam satu minggu ia tenang, membuat para perawat jaga sangat senang, mereka memanfaatkan dengan duduk bergerombol di meja tunggu perawat, dari tempat mereka dengan kamar Sarman dekat jadi bisa tahu kalau ada apa-apa. Empat perawat hobby ngerumpik membuat perawat laki-laki satu ini jadi ketularan ( penyakit kali ketularan ). Saat asik ada bunyi...kraaaak..bunyi pintu terbuka, cukup besar bunyinya yang membuat para perawat spontak diam dan mereka serentak menoleh ke arah suara. Yang terlihat mereka pintu kamar Sarman terbuka, hei..sus kau lupa mengunci pintunya tegur rekannya, Susi yang di tegur marah karena di anggab lalai. Jangan sembarang tadi kan aku bersama firman dan Ayu ke sana, mereka melihat aku mengunci jelasnya, benar kan ! Tanyanya pada Firman dan Ayu. Ya benar kami melihat sahut Firman menyakinkan, sudah...sudah kenapa kita jadi berdiskusi, lebih baik kita periksa kata perawat Ana, firman kau di depan perintahnya. Firman di perintah perawat senior terpaksa menurut. Mereka beriringan menuju kamar Sarman, saat pintu di buka dengan jelas sekali mereka lihat di langit -langit kamar tanpa tubuh seseorang atau setan ( belum jelas) dengan posisi menempel melihat ke bawah, wajah tidak jelas karena di tutupi rambut yang sangat panjang, sedangkan Sarman yang di lilit rambut terdiam, mata mereka saling menjelit. Berapa detik mereka terpaku dan mulai sadar saat perawat Ayu menjerit. Ketiga perawat wanita berlari tanpa ingat lagi dengan pasien, perawat Ana dan Susi pergi entah ke mana, perawat Ayu berlari ke bawah meja ke tempat mereka tadi, ia tak sanggub lari lagi. ' Firman ', teman-temannya bila tidak cocok jadi perawat apalagi rumah sakit jiwa, ia lebih cocok kerja di salon dan terbukti benar, di saat genting tak bisa di andalkan, belum para wanitanya berlari ia sudah duluan pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGA DI TENGAH MALAM
Horormira bekerja keras demi keluarganya tapi kecantikanya membuat hidupnya menjadi singkat