Bab 14

266 27 0
                                    

      Malam ini sebenarnya aku lesu kerja tapi,  yaa bagaimana lagi bude sudah berkali-kali mintak tolong di bantu, alasan ramai, pengawai lain ada yang sakit jadi ya terpaksa. Nah' pekerjaan sudah selesai, sampah-sampah sudah di buang tinggal menutup semua pintu dan jendela, Rudi mengerjakannya di bantu pengawai lain dan beres '.

     Rudi pulang dengan jalan kaki. Di perhatikannya jalanan ehmm... tak biasanya malam Minggu sepi pikirnya agak heran. Saat berjalan tiba-tiba kakinya berhenti, ia merasakan kakinya berat tapi yang membuat langkahnya terhenti ketika melewati rumah Mira.

      Malam-malam begini ia melihat Mira menyiram bunganya, sedangkan suasana dalam rumah gelap. Kalau di pikir emang sih belum malam sekali tapi apa iya harus malam menyiramnya, besok pagi kan bisa pikir Rudi bingung.

     Entah apa yang menghalangi ia untuk mendekati Mira, ia hanya melihat dari jauh. Tak biasanya jantungku berdebar-debar saat Mira melihatku, mereka berdua saling pandang, apa pandanganku sekarang berbeda ya, ah.. mungkin Mira kelamaan di luar jadi wajahnya tanpa dingin walau sudah tersenyum.

      Rudi membalas tersenyum dan ia menggangguk sebentar lalu pergi, saat Rudi menoleh lagi ia melihat Mira melambaikan tangannya. Aduh...pakai melambaikan tangan segala kayak orang mau pergi pikir Rudi bingung dengan tingkahnya.

        Pagi hari ini tidak sama dengan kemarin, banyak laki-laki baik tua atau anak-anak sibuk ramai-ramai mau jalan pentas, sedangkan wanitanya sibuk berbisik-bisik, kenapa aneh sekali mereka pikir Rudi yang sudah mau pergi kerja.

      Ia bermaksud mendekat tiba-tiba ia kaget sekali auk..auk..marahnya kambuh karena bahunya di pukul dengan keras, mau hati ingin melabrak tapi saat ia melihat orangnya spontan surut emosinya ' bude 'seru Rudi, budenya ada bersama para ibu-ibu ini.

      Rudi ngapain kau di sini tanya budenya, lah...rumah Rudi kan di sini, masa bude lupa rumah adik sendiri jawab Rudi. Oh ya, kok aku bisa lupa sahut budenya. Rudi melihat budenya ( dasar ratu ngrupi ).

      Apa hari ini bude tidak buka warung mie ayamnya tanya Rudi. tetap buka, sekarang kau cepat rapiin warung sahut budenya. Ah sial  kirain bisa libur sehari pikir Rudi, ia langsung pergi (tanpaknya ia lupa mau mengetahui apa yang terjadi di jalan pintas itu ).

       Adik Darmo jadi heran sama kakaknya. Masuk kamar bisa seharian dak keluar-keluar, kalau keluar duduk di bawah pohon  lalu nyerut-nyerut kayu ( kalau batu es di serut lumayan bisa buat es serut tu) tapi ini kayu....? 
 
     Kak ' panggilnya, ia mendekati kakaknya,  kak..' ibu tadi mengetuk pintu kamar tapi kakak diam saja, ibu tadi nitip uang untuk kakak tapi adik lihat sepertinya kakak  lagi dak perlu uang jadi aku pakai saja kata adik Darmo (sebenarnya bual saja untuk  ngetes otak kakaknya) apa ngak error.
      Melihat kakaknya diam saja, adiknya bergerak mau pergi tapi tiba-tiba ia berhenti menoleh ke kakaknya. Apa kakak sudah dengar apa yang terjadi pada kak Mira tanyanya pada kakaknya yang sontak terkejut nama Mira disebut. Ada orang yang menemukan mayatnya...ehmm...tragis sekali nasifnya.

      kecantikannya membuat orang berlomba mau memetiknya tapi ada orang yang kejam...ah sudah la tak sanggup aku mengatakan ujarnya sambil pergi tanpa melihat perubahan di wajah kakaknya ( adik dan kakak sama saja selalu pergi tanpan permisi ).

BUNGA DI TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang