Bab 20

240 25 0
                                    

      Pak ' ini kopinya kata bu Arpan pada suaminy, mereka berdua orang tua Lufi. Letakkan di meja saja perintahnya pada istrinya, saat istrinya mau meletakkan kopi tiba-tiba suaminy berdiri tegak sambil melihat ke belakang istrinya, melihat suaminya tanpa sebab berdiri membuat ia terkejut dan memandangi suaminya.

      Ada apa pak' lihat..hampir saja kopi ini tumpah celetuk istriny agak kesal. Ia ikut melihat kebelakangnya..tak ada apa-apa pikirnya. Sudah pak' minum saja katanya sambil meninggalkan suaminya.

      Pak Arpan sebenarnya terkejut ada seorang wanita lewat, ia tidak mengenalnya..apa itu teman Lufi  tapi tidak mungkin anaknya berani mengajak perempuan menginap tanpa ijin orangtuanya.

     Di tempat lain persisnya rumah sakit di mana hari ini Sarman menunggu keputusan dokter apakah ia boleh pulang. Keinginan Sarman mendapatkan dukungan para perawat yang selalu kena piket malam dekat kamarnya. Kalian tahu aku berharap pasien Sarman di bolehkan pulang kalau perlu hari ini tegasnya kepada para rekannya, iya kami juga berharap begitu sahut mereka.

        Saat mereka asik bicara, muncul perawat baru ikut nimbrung, ma'af apa kalian tahu saudara Sarman sering datang ke sini tanyanya pada lain, tidak' jawab perawat firman ( sebenarnya perawat lain bingung karena baru tahu saudara Sarman sering datang, mereka kok belum pernah lihat ).

      Memang kau pernah bertemu dengannya tanya perawat senior yusi. Iya' setiap aku tugas malam saat lewat aku mendengar seperti suara air mengalir, karena aku penasaran aku buka pintu aku lihat arah meja dekat jendela ada seorang wanita yang lagi menyiram bunga dan Sarman sedang tidur.

      Ku pikir kerajinan sekali malam-malam menyiram bunga kata perawat baru santai, ia tidak memperhatikan wajah rekannya yang berubah terutama Firman yang sudah kebelet mau ke wc tapi tidak berani, dalam pikirannya wc di dekat kamar Sarman ehmm...aku akan buang air kecil ke luar saja recananya. Lalu apa kau tegur dia yus tanya perawat Ana, 'tidak ' aku malas menanyakannya, jadi aku pergi saja sahutnya.

        Dengan di dampingi orang tuanya, dokter memberitahu kalau berapa hari lagi Sarman boleh keluar, walau berat karena takut dan bosan terpaksa ia menurut, ia merasakan hatinya beraaat.

     Darmo merasa agak heran kenapa Rudi sering ketangkapan memperhatikannya ( emang aku anak asuhnya pakai diperhatikan, cara pikirnya terlalu pendek ). Sedangkan Lufi merasa aneh soal Darmo yang selalu menghindar,

     Sarman yang gila tanpa sebab menurutnya dan ayahnya yang sekarang suka kagetan maksudnya suka mengajak orang ikut kaget, mata selalu mengawasi kayak takut ketangkapan pikir Lufi, berapa detik ia berpikir ' tidak....tidak...tidak ' biar mereka saja yang aneh, aku harus tetap waras pikirnya dalam hati.

BUNGA DI TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang