Bab 11

262 26 0
                                    

Bukan kebiasaan nek Mari suka tidur siang, ia selalu mengisi waktu luangnya dengan mengikuti pengajian, ceramah baik di daerahnya atau tempat lain, tapi berapa hari ia hanya di rumah saja tidak bersemangat.

Sudah dua kali ia bermimpi tak enak dan mengganggu pikirannya, pertama ia bermimpi ada suara perempuan menanggis di balik jendelannya, saat ia mau melihatnya dengan membuka jendelanya tidak bisa terbuka tertutup rapat. Ia melihat sekelilingnya tidak ada pintu untuk keluar.

Tak mungkin Mira walau suaranya radar mirip...!. Untuk kedua kalinya ia bermimpi ada di suatu tempat yang tidak dikenalinya, ia melihat ada satu kuburan yang bernisan tanpa nama. Walau mimpi itu hanya bunga tidur tapi tidak bisa di pungkirin mimpi itu jadi hidupnya berapa hari ini tidak tenang.

Dia berdiri di balik jendela, di sana tanpa ke dua cucunya sibuk menyirami bunga -bunga mawar sambil tertawa, kalau mereka berkumpul selalu
bercanda, senang melihat mereka bahagia.

Mir jadi besok siang kau pergi dengan Hamid ? tanyanya pada Mira ketika cucunya baru pulang. Jadi nek sudah zhuhur kami perginya, kalau begitu tidur la lebih cepat nasehat neneknya. Malam itu mereka tidur lebih cepat dari biasanya, suasana malam ini lebih tenang dan terasa lebih sunyi.

Habis shubuh nek Mari berencana membuat nasi goreng saat ia keluar kamar tercium bau harum khas bumbu nasi goreng. Di lihatnya Mira yang memasak, tumben tanpa di suruh sudah masak, tanpaknya cucuku satu ini sudah siap jadi istri pikirnya.

Ehmm....bau nya harum, benar nek harum sekali kata-katanya di sahuti oleh Ocan dan Susi, ternyata mereka sudah di belakangnya. Nek.. tanpaknya hari ini kita akan menikmati nasi goreng calon istri bang Hamid canda adiknya. Can ' kalau kau nyinyir lagi jatah nasi goreng mu cuma satu sendok ini cetus kakaknya, mereka bertiga tertawa melihat Mira jadi malu.

Mira sudah berpakaian rapi, ia mendekati neneknya yang tanpak bingung, loh...Mir katanya siang nanti perginya tapi sudah dandan pagi-pagi apa dak kelamaan bersiapnya tanya neneknya. Kalau pergi dengan bang Hamid benar siang nanti tapi sebelumnya mira mau pergi sebentar nek, ke tempat Fina jawabnya. Ingat..' kau sudah janji jangan tidak kau tepati nasehat neneknyan, iya nek' Mira pergi sambil menyalami neneknya.

Aku pergi naik apa ya ? Di lihatnya tak ada ojek, dari pada ke lamaan lebih baik aku jalan ke depan katanya dalam hati. Maka pagi itu Mira berjalan sendiri, di lihatnya banyak kendaraan lalu- lalang tapi mobil pribadi. Kalau jalan lurus pasti lama, apa jalan pentas saja lebih cepat ketemu angkot pikir Mira ( tanpaknya ia lupa kejadian yang lalu ). Setelah di pikir-pikirnya ia lebih memilih jalan pintas.

BUNGA DI TENGAH MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang